Rabu, 27 Oktober 2010

ALI MUHTAR GHOZALI: Jangan Pernah Salahkan Alam Atas Musibah dan Bencana Melanda

ALI MUHTAR GHOZALI: Jangan Pernah Salahkan Alam Atas Musibah dan Bencana Melanda

Misteri Waktu


Dalam Surat Al Ashr Allah menyatakan:
    ”Demi masa! Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran.”

Sebelum Allah menyatakan bahwa manusia itu sungguh berada dalam kerugian…(dan seterusnya), lebih dahulu Allah bersumpah dengan (Wal Ashr) “Demi masa!” yaitu kesempatan yang tersedia untuk menggapai keberuntungan bagi orang-orang mukminin, dan kesempatan yang disia-siakan oleh orang-orang yang lalai.

Waktu adalah nafas yang takkan pernah bisa kembali. Bagi orang beriman, waktu tak pernah dibiarkan lewat percuma, tak kan ada sisa waktu kecuali untuk ibadah, sebab kita akan dimintai pertanggung jawaban untuk setiap waktu yang telah dilaluinya nanti dihari Perhitungan.

Semoga kita tidak termasuk kelompok orang-orang yang tertipu atas nikmatnya waktu yang lengah terhadap persiapan bekal untuk kehidupan abadi.
Untuk memahami waktu secara baik dan untuk dipergunakan sesuai dengan makna waktu bagi kehidupan manusia, perlu kita mengetahui “cirri-ciri waktu.”
    1. Waktu mempunyai sifat-sifat berlalu, tak ubahnya seperti awan yang dibawa angin dalam kesenangan dan kebahagiaan, atau masa sedih dan sengsara.
    Jika dalam senang dan bahagia, waktu berlalu lebih capat dan pada masa sulit dan sedih, berjalan pelan serta berat. Yang demikian sebenarnya karena perasaan orang yang mengalami saja, bukan karena waktu. Meskipun usia manusia panjang di dunia ini, tetapi sebenarnya pendek dan sebentar saja terasa, sehingga pada saat kematian datang menjemput perbekalan kurang dipersiapkan.
    2. Waktu yang telah berlalu tidak akan kembali dan tidak dapat diganti. Al Hasan berkata: ”Bilamana satu hari membelah fajarnya, maka akan bersemi: Wahai anak Adam! Aku makhluk baru dan menjadi saksi atas amal perbuatan kalian, maka bekalilah diri kalian dariku. Sebab bila aku pergi tak akan kembali lagi hingga hari kiamat nanti.”
    3. Waktu adalah sesuatu yang paling berharga bagi manusia. Putaran waktu menjadi tempat penyimpanan bagi setiap amal dan perbuatan. Jadi, waktu adalah tabungan kekayaan yang hakiki bagi manusia.
    4. Dalam waktu, jejak langkah perbuatan manusia direkam, tidak ada amal baik dan buruk terlewatkan. Kelak di akhirat, rekaman itu dihadapan Rabbul Alamin diputar ulang, dan baik buruk amal ditimbang.
    5. Pada hakikatnya waktu bagi manusia adalah usianya. Waktu adalah inti hidupnya yang abadi, bahagia atau sengsara. Jika waktu dimanfaatkan untuk Allah dalam beribadah, maka itulah nilai mahal umurnya. Tetapi bila tidak ada, niainya seperti umur binatang. Jika waktunya untuk maksiat dan kelengahan, maka usianya yang paling baik adalah tidur. Orang yang demikian mati lebih baik daripada hidup menambah dosa.
    6. Di setiap waktu, hendaknya setiap muslim menghitung diri (muhasabah), merenung dan merenung lagi tentang dosa-dosanya lalu bertaubat.
    Allah berfirman:
      ”Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam dosa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir dan apakah tidak datang kepada kamu pemberi peringatan?”

Jangan Pernah Salahkan Alam Atas Musibah dan Bencana Melanda


Selang tiga hari dari musibah banjir bandang di Wasior, terdengar berita kepulauan Mentawai di guncang gempa bumi 7.2 SR. Satu hari berselang, kemarin Gunung Merapi memuntahkan lahar dan awan panasnya. Tak sedikit korban harta dan jiwa melayang. Belum lagi banjir yang melanda Jakarta dan sekitarnya.

Sungguh sangat disayangkan, komentar para petinggi negeri ini yang menyalahkan alam atas musibah yang melanda negeri ini. Pada banjir Jakarta misalnya, “Kalok gak karena hujan maka gak banjir. Ini semua karena cuaca ekstrim…”.

Jangan salahkan alam atas bencana dan musibah yang melanda. Menyalahkan alam sama saja dengan menyalahkan Dzat Yang Maha Mengatur Alam ini, menyalahkan Tuhan; Allah azza wa jalla.

Allah ta’ala telah berfirman, artinya:
    "Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." (QS. As-Syura: 30)


Rasulullah SAW bersabda, "Hai orang-orang Muhajirin, lima perkara; jika kamu ditimpa lima perkara ini, aku mohon perlindungan kepada Allah agar kamu tidak mendapatinya.


    1. Perbuatan keji (seperti: bakhil, zina, minum khamr, judi, merampok dan lainnya) tidaklah dilakukan pada suatu masyarakat dengan terang-terangan, kecuali akan tersebar wabah penyakit tha'un dan penyakit-penyakit lainnya yang tidak ada pada orang-orang dahulu yang telah lewat.
    2. Orang-orang tidak mengurangi takaran dan timbangan, kecuali mereka akan disiksa dengan paceklik, kehidupan susah, dan kezhaliman pemerintah.
    3. Orang-orang tidak menahan zakat hartanya, kecuali hujan dari langit akan ditahan dari mereka. Seandainya bukan karena hewan-hewan, manusia tidak akan diberi hujan.
    4. Orang-orang tidak membatalkan perjanjian Allah dan perjanjian Rasul-Nya, kecuali Allah akan menjadikan musuh dari selain mereka (orang-orang kafir) menguasai mereka dan merampas sebagian yang ada ditangan mereka.
    5. Dan selama pemimpin-pemimpin (negara, masyarakat) tidak menghukumi dengan Kitab Allah, dan memilih-milih sebagian apa yang Allah turunkan, kecuali Allah menjadikan permusuhan diantara mereka(HR. Ibnu Majah no.4019, dari Ibnu Umar)



Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

    "Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah berkehendak menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia adalah orang-orang yang fasik." (QS. Al-Mai'dah: 49)



Wahai ma'asysyiral muslimin,

TAKUTLAH KEPADA ALLAH....

Jangan sampai Allah murka hingga Ia menghukum kamu

    "Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya." (QS. Al-Isra': 16)


TAKUTLAH KEPADA ALLAH....

Karena keZHALIMAN dan keMAKSIATan lah Dia menghukum Kaum Luth, Kaum Nuh, Kaum 'Aad dan Tsamuth

TAKUTLAH KEPADA ALLAH....

Karena keSOMBONGan dan KERUSAKAN yang dibuatnya Dia menghukum Fir'aun, Qarun, Thalut, Abrahah, Abu Lahab, Abu Jahl dan pengikut-pengikut mereka.

Kebanyakan orang memandang pelbagai macam musibah yang menimpa manusia hanya dengan logika berpikir yang bersifat rasional, terlepas dari tuntutan Wahyu Ilahi. Sehingga solusi yang diberikan tidak mengarah pada penghilangan sebab-sebab utama yang bersifat transendental, yaitu kemaksiatan umat manusia kepada Allah . Sang Pencipta Jagat Raya, yang di tangan-Nyalah seluruh kebaikan dan hanya kepada-Nyalah dikembalikan segala urusan.

Kaum-kaum terdahulu Allah hancurkan dan luluh-lantakkan disebabkan oleh satu dua jenis kemungkaran yang dikepalai oleh dosa kesyirikan.

Sekarang, bagaimana dengan kita? Apa yang kita saksikan dan alami sekarang ini di tempat kita, di lingkungan kita, di kota kita, dan bahkan di seantero negeri kita?

Kesyirikan yang merupakan biang malapetaka dunia dan akhirat kini seolah telah menjadi kebutuhan. Berapa banyak kita dapati media massa yang menjajakan kesyirikan, ulama-ulama sesat menyeru umat kepada perbuatan syirik dengan dibungkus sedemikian rupa untuk menyesatkan umat. Demikian pula dengan bid'ah dan maksiat, terjadi di mana-mana.

Muncul pertanyaan, "Mengapa harus daerah ini, atau kota ini, atau negara ini yang ditimpa musibah, padahal masih banyak daerah-daerah lain yang lebih pantas untuk diadzab oleh Allah? Bukankah di sana ada orang-orang shaleh dan anak-anak kecil yang tidak berdosa?”

Jawabannya:

Allah Shubhaanahu Wa Ta'ala telah mengingatkan bahwa adzab-Nya tidak khusus menimpa orang-orang zhalim di antara kita.

Allah Shubhaanahu Wa Ta'ala berfirman, artinya:

    "Dan peliharalah dirimu dari siksa yang tidak khusus menimpa orang-orang zhalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksa-Nya." (QS. Al Anfâl: 25).


Ummu Salamah—radhiyallahu 'anha—menceritakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Salllam bersabda,
    "Jika timbul maksiat pada umatku, maka Allah akan menyebarkan adzab kepada mereka. Aku (Ummu Salamah) berkata, "Wahai Rasulullah! Apakah tidak ada waktu itu orang-orang shaleh?" Beliau menjawab, "Ada." Aku bertanya lagi, "Apa yang Allah akan perbuat kepada mereka?" Beliau menjawab, "Allah akan menimpakan kepada mereka adzab sebagaimana ditimpakan kepada orang-orang yang melakukan maksiat, kemudian mereka akan mendapatkan ampunan dan keridhaan dari Rabb-nya." (HR. Ahmad, Al Haitsami mengatakan bahwa semua perawi hadits ini terpercaya)


Musibah dan bencana-bencana alam yang terjadi juga merupakan tanda-tanda dekatnya Hari Kiamat. Beberapa musibah (bencana alam) yang terjadi adalah peringatan akan dekatnya Hari Pembalasan itu.


    [1]. Seringnya Terjadi Gempa Bumi
    Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kiamat tidak akan terjadi sampai pengetahuan dicabut, gempa bumi sering terjadi, waktu semakin mendekat, kesengsaraan meluas, haraj merajalela, dan melimpahnya harta diantara kamu” (HR. Bukhari) Gempa Bumi yang terjadi karena tumbukan dan pergerakan lempeng-lempeng bumi juga dapat mengakibatkan terjadinya letusan gunung berapi. Mengaktifkan kembali gunung-gunung berapi yang telah lama tertidur. Allah azza wa jalla menciptakan gunung sebagai pasak, agar bumi tidak bergoncang. “Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk, (QS. AN-Nahl:15). "dan Kami jadikan padanya gunung-gunung yang tinggi, dan Kami beri minum kamu dengan air tawar "(QS. Al-Mursalaat: 27) "dan gunung-gunung sebagai pasak?" (QS. AN-Naba’ : 7) "Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh," (QS. An-Naazi’aat: 32) Dan gunung itu selalu bergerak seiring pergeseran dan pergerakan lempeng bumi yang mengakibatkan gunung-gunung meletus. “Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan.(Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. An-Naml: 88) Maka apabila bumi telah diguncangkan, maka pasak-pasak bumi (gunung-gunung) itu seperti hendak tercabut. Allah menggambarkan sebuah peristiwa dahsyat ketika hari Kiamat dalam firman-Nya: "Dan gunung-gunung menjadi seperti bulu (yang berterbangan)," (QS. Al-Ma’aarij: 9) "Pada hari bumi dan gunung-gunung bergoncangan, dan menjadilah gunung-gunung itu tumpukan pasir yang beterbangan." (QS. Al-Muzammil: 14) "dan apabila gunung-gunung telah dihancurkan menjadi debu," (QS. Al-Mursalaat: 10) "dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan". (QS. Al-Qari’aah: 5) [2]. Hujan yang Melimpah
    Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kiamat tidak akan tiba hingga langit akan menurunkan hujan, yang dari hujan tersebut tidak ada rumah dari tanah kering yang terlindungi. Dan darinya tidak ada satupun rumah yang terlindungi kecuali rumah yang terbuat dari bulu” (HR. Ahmad, dintakan shahih oleh Ahmad Shakir dalam al-Musnad) Hujan terjadi akibat uap air yang berkumpul dilangit menjadi awan. Lalu mengkristal dan turunlah air ke bumi yang disebut hujan. Perubahan iklim saat ini secara ilmiah dapat dijelaskan karena disebabkan oleh Pemanasan Global. Pemanasan suhu di bumi yang menyebabkan mencairnya es-es di kutub, tingginya curah hujan dan naiknya permukaan air laut. Hujan lebat, awan tebal biasanya akan disertai kilat dan petir. Tidak jarang juga diikuti oleh badai (angin topan, tornado, puting beliung). Jadi, semakin besar curah hujan maka akan semakin besar kemungkinan terjadinya badai (angin topan). Hujan lebat, ditambah lagi kerusakan-kerusakan alam yang disebabkan ulah tangan-tangan manusia akan seringkali menyebabkan banjir yang memakan korban harta dan jiwa manusia. Tak jarang, hujan lebat juga akan mengakibatkan tanah longsor. Ingatlah, hujan lebat, badai, guruh, petir adalah bentuk dari peringatan Allah kepada manusia. “Dan (dia berkata):"Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu tobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa". (QS. Hud : 52) “Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir”. (QS. Al-Baqarah: 19) "Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatan olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya.Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan." (QS. An-Nuur : 43) "Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mangampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat". (QS. Nuh: 7) Sungguh, hujan lebat adalah bentuk teguran Allah kepada manusia seperti halnya Dia menegur dan menghukum kaum Nabi Nuh alaihissalam. “Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan, Kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi) dengan terang-terangan dan dengan diam-diam, maka aku katakan kepada mereka:"Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun". niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai." (QS. Nuh: 8-12)  [3]. Tanah Longsor (Di Tenggelamkan oleh Bumi)
    Dari ‘Aisyah radhiallahu anha dari Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Akan datang diakhir umatku bencana ditenggelamkan ke bumi, dirubahnya rupa dan tubuh, dan tuduhan keliru”. Lalu beliau (‘Aisyah) berkata, “Ya Rasulullah, apakah kami akan dilenyapkan padahal ada orang shalih dikalangan kami ?”. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ya, apabila nampak kekejian”. (HR. Tirmidzi (4/479)). Penegasan terhadap adzab berupa tanah longsor – dalam hadist disebutkan sebagai bencana ditenggelamkan ke bumi – terdapat pada hadist berikut: Dari Imran bin Hushain radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Dalam umat ini ada azab dengan ditenggelamkan kedalam bumi, perubahan rupa, dan tuduhan keliru”. Berkatalah salah seorang dari kaum muslimin, “Ya Rasulullah, kapan itu terjadi?”. Beliau menjawab, “Apabila muncul alat musik, bertambah penyanyi perempuan, dan diminumnya khamr “. (HR. Tirmidzi (4/495)). Demikianlah, bencana-bencana alam dan musibah-musibah yang sering terjadi saat ini saling berkaitan dan merupakan peringatan dari Allah agar kita segera bertaubat dan merupakan pertanda bahwa hari Kiamat memang sudah menjelang. Dan janganlah kamu berputus asa atas musibah yang menimpa kamu, karena Allah benci pada orang-orang yang berputus asa. "Dan apabila Kami rasakan sesuatu rahmat kepada manusia, niscaya mereka gembira dengan rahmat itu. Dan apabila mereka ditimpa sesuatu musibah (bahaya) disebabkan kesalahan yang dikerjakan oleh tangan mereka sendiri, tiba-tiba mereka berputus asa." (QS. ar-Rum: 36) Bersabarlah atas musibah yang menimpa, karena Allah sedang menguji kamu. "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa mushibah, mereka mengucapkan:" Innaalillaahi wa innaa ilaihi raajiuun "." (QS. al-Baqarah: 155-156) "Agar kamu akan mendapat rahmat dan petunjuk (hidayah) dari Tuhanmu. "Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. al-Baqarah: 157)



Maka sepatutnyalah kita berTAUBAT dan mohon perlindungan dari Allah Subhanahu wa ta’ala agar setidaknya diri kita dan keluarga terhindar dari perkara-perkara itu dan terhindar dari musibah (hukuman, azab) dari Allah.

Wallahualam bisshawwab.