Minggu, 11 Juli 2010

Shalat dan Indikatornya dalam Kehidupan Muslim

Ada beberapa nilai spiritual dan moral ada dalam shalat.

Pertama, adalah bahwa ketika seseorang melafadzkan takbir, baik ketika memulai shalat maupun ketika seseorang melakukan perpindahan dari rukun yang satu ke rukun yang lain, maka pada saat itu ia seharusnya mengeluarkan kesan kebesaran makhluk dalam hatinya menuju totalitas kekaguman, kerendahdirian dan penghormatan kepada Allah SWT. Kumandang takbir pada saat yang sama seharusnya secara spiritual menjadi pertanda runtuhnya berhala-berhala makhluk yang mendominasi manusia. Sebagaimana secara fisik kumandang takbir merupakan pertanda bagi runtuhnya berhala-berhala diskitar Ka’bah pada masa kemenangan Islam di kota Mekkah.
Ketika nilai ini dibawa di luar shalat, seseorang pasti akan menjadi manusia yang merdeka dari rasa takut ataupun gentar terhadap sesuatu kecuali Allah. Dengan demikian, akan muncul pribadi yang anti penindasan dan berani dengan lantang menyuarakan kebenaran dan keadilan. Sudah tentu, dengan hadirnya manusia-manusia yang memiliki sifat pemberani seperti ini, maka masyarakat akan semakin sehat dan secara pasti akan bergerak menjadi masyarakat yang berkeadilan. Sebab setiap kali kedzaliman  muncul, akan muncul pula manusia-manusia yang tidak gentar dengan apapun kehebatan makhluk. Mereka ini akan meluruskan kedzaliman-kedzaliman tersebut dengan gagah berani. Walaupun semuanya harus mereka tebus dengan pengorbanan nyawa.

Kedua, Shalat merupakan latihan agar manusia selalu menjalin hubungan langsung dengan Allah SWT. Dalam shalat seseorang harus membaca Al Fatihah dan berbagai rangkaian doa. Hal ini merupakan symbol bahwa ruh manusia haruslah selalu berthawaf di titik Ilahiyah. Disana seseorang berbisik, mengadu, meratap, memohon serta mencurahkan seluruh isi hatinya kepada Allah SWT. Sementara jasad mereka selalu berkiprah dalam aktivitas kemanusiaan sebagaimana umumnya manusia. Mereka bekerja, berorganisasi, belajar, mengajar serta berjuang menegakan agama.
Dengan adanya kontak langsung inilah, maka sebenarnya mereka yang sedang melaksanakan shalat sedang menanam benih-benih kemenangan dalam kehidupanya. Bukankah Allah berjanji akan mengabulkan doa hamba-Nya? Sebagaimana firman Allah:

    ”Dan berkata Tuhan kalian: Berdoalah kalian, maka Aku akan mengabulkan untuk kalian.” (QS. Al Mu’min: 60).


Dengan adanya kontak langsung inipula, pertolongan-pertolongan Allah akan segera turun dalam segala situasi dan kondisi. Asal mau bersabar menantikan pertolongan tersebut. Bukankah Allah sendiri yang memerintahkan agar manusia selalu mencari pertolongan-Nya dengan sabar dan shalat? Sebagaimana Allah berfirman:

    ”Dan carilah pertolongan dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya yang demikian itu amatlah berat kecuali atas orang-orang yang khusyu’.” (QS. Al Baqarah: 45).


Generasi awal Islam dari kalangan sahabat dan tabi’in selalu menjadikan shalat sebagai sumber kekuatan sepiritual mereka. Dalam berbagai riwayat sejarah, pasukan Islam yang menaklukan berbagai Negara besar menghabiskan malamnya dengan shalat malam , doa dan membaca Al Qur’an. Demikian juga dengan Sultan Muhammad Al Fatih. Raja remaja dari kerajaan Turki Utsmani ini terkenal dengan penaklukanya terhadap pusat kota Konstantinopel, Kristen timur. Salah satu sumber kekuatan spiritual dari Beliau adalah bahwa Beliau  tidak pernah semalam pun terlewatkan dari Shalat tahajjud. Pasukan Beliau pun demikian. Semua pasukan Sultan Al Fatih  yang terlibat dalam penaklukan Konstantinopel adalah pasukan yang dipilih  dari mereka yang tidak pernah meninggalkan Shalat tahajjud semalam pun semenjak mereka baligh. Demikianlah keadaan generasi awal Islam. Walaupun mereka hidup dan berjuang dengan fasilitas sederhana, namun mereka toh akhirnya dapat menggapai kejayaan. Rahasia kesuksesan mereka adalah bahwa mereka menjadikan shalat sebagai sumber energi dalam berjuang.

Ketiga, gerakan-gerakan shalat merupakan gerakan-gerakan orang yang tunduk dan merendah kepada Allah. Karena itulah, jika seseorang menangkap makna ini, ia akan selalu tunduk dan patuh pada aturan-aturan ke-Tuhanan (ad dustuur al Ilahiyah). Dengan demikian, shalat akan menjadi faktor penting ketertiban umat. Belum lagi jika kita melihat bahwa aturan-aturan Islam akan member iefek terhadap kemajuan dan kesejahteraan sebuah bangsa. Sehingga dengan demikian pelaksanaan shalat akan memberikan sumbangan nyata terhadap kemajuan umat bangsa.
Sikap tunduk dan merendah ini juga menjadi sebab kemuliaan, baik dalam tingkatan perorangan maupun kemasyarakatan. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW:

    ”Barangsiapa yang berendah diri, maka Allah akan mengangkatnya.” (HR. Abu Nu’aim/Hasan).


Dengan kerendah-hatian ini akan lahir sebuah masayarakat yang berakhlak mulia serta memiliki kelemahan-lembutan. Dengan demikian, akan timbul kehidupan yang penuh tata karma yang menyebabkan hati manusia akan merasakan ketenangan.

Keempat, dalam shalat kaum muslimin diajarkan untuk bertakhiyyat kepada Allah dan menyampaikan salam secara langsung kepada Rasulullah SAW. Assalaamu ‘alaika ayyuhan Nabiyyu warahmatullahi wabarakatuh. (keselamatan , rahmat Allah dan keberkahan semoga dilimpahkan atas Engkau wahai Nabi). Hal ini merupakan wujud ikatan spiritual dan ikatan cinta antara Nabi dan Umatnya.
Jika kaum muslimin memahami nilai ikatan cinta ini, mereka akan selalu menjadikan Rasulullah SAW sebagai uswah dalam sikap dan perilaku. Lebih dari itu, mereka akan selalu menangkap kehadiran Rasulullah SAW dalam keseharian kehidupan mereka. Inilah yang dialami oleh seorang tokoh sufi, Syaikh Abul Abbas Al Mursi dengan ungkapanya, ”Andaikata aku terhalang dari (memandang) Rasulullah SAW sekejap mata saja, maka aku tidak berani menghitung diriku sebagai seorang muslim.”

Kelima,dalam shalat seorang muslim selalu menyertakan kaum muslimin yang lain dalam doa-doa yang dipanjatkan. Hal ini misalnya dengan menggunakan kata ganti kami. Seperti dalam Al Fatihah,

    ”Hanya kepada-Mu yaa Allah kami mengabdi, dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan.”


Penyertaan kaum muslimin ini juga dijumpai dalm doa tahiyyat, “Keselamatan semoga atas kami dan  atas hamba-hamba Allah yang saleh.”
Demikian juga ketika seseorang menutup salam. Ia akan menutupnya dengan ucapan salam kepada segenap kaum muslimin dan bahkan kepada segenap makhluk yang berhak mendapatkan doa salam. Semua ini merupakan isyarat bahwa seseorang haruslah memiliki kepedulian terhadap manusia. Hingga dalam shalat pun, mereka masih membawa kepedulian ini. Karena itulah, sangat aneh jika seseorang melakukan shalat, tapi mereka tidak peduli dengan nasib sesama kaum muslimin. Dalam sebuah hadits dikatakan,

    ”Barangsiapa yang tidak memperhatikan keadaan kaum muslimin, maka ia bukan bagian dari mereka.”


Nilai kelima ini juga merupakan modal bagi kaum beriman agar mereka berlomba-lomba berbuat kebaikan kepada sesama. Apalagi dalam Islam sendiri kebaikan manusia tidak tergantung kepada ibadah ritual yang dilakukan. Tetapi lebih kepada sejauh mana seseorang memberikan kebaikan bagi manusia yang lain. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,

    ”Sebaik-baik manusia adalah siapa yang paling banyak memberikan manfaat bagi manusia lain.” (HR. Al Qadha’i/Hasan).


Demikianlah sebagian kecil dari nilai-nilai yang mulia dan berharga dari shalat kita. Jika kaum muslimin membawa nilai-nilai ini dalam keseharian mereka, pasti kebaikan yang besar akan mereka terima. Tinggal sekarang, sudahkah nilai-nilai tersebut sudah kita bawa dalam kehidupan nyata kita.
Wallahu’alam


Tenggelam dalam lautan Shalat

Salah satu pilar terpenting dalam Islam adalah shalat. Dibanding dengan berbagai ritual peribadatan Islam yang lain, shalat adalah ritual yang paling bisa menjangkau keseluruhan umat. Sebab, shalat merupakan kewajiban setiap muslim selama akal serta kesadaran mereka masih normal. Bahkan karena pentingnya shalat ini, maka kaum muslimin mengenal berbagai model shalat untuk berbagai situasi. Ada yang bersifat ’azimah. Yaitu shalat yang dilakukan tanpa ada perubahan dari petunjuk awal. Ada shalat jama’. Yaitu shalat dimana seseorang mengumpulkan dua shalat dalam satu waktu. Ada shalat qhasar, dimana seseorang melakukan shalat lebih sedikit rekaatnya dari ketentuan awal. Ada shalat khauf, yaitu shalat yang mereka lakukan saat di medan perang. Ada shalat mariadh, bagi mereka yang sakit.

Sementara berbagai ibadah lain hanya diwajibkan ketika seseorang memiliki kemampuan dengan standar tertentu. Haji atau zakat misalnya, hanya diwajibkan atas orang-orang kaya dan mampu. Puasa,  hanya dilakukan oleh mereka yang secara kesehatan mampu. Jihad pun demikian. Jihad di fardhukan ketika kaum muslimin dalam keadaan diserang. Dan mereka yang di perbolehkan berjihad hanyalah mereka yan secara fisik sehat dan mendapat izin dari orang tua.

Dalam Al Qur’an terdapat banyak sekali ayat-ayat yang berkaitan dengan shalat. Di antara kelima rukun Islam, shalat adalah rukun yang paling banyak disinggung di dalam Al Qur’an. Perintah shalat lima waktu diterima oleh Rasulullah SAW secara langsung dari Allah SWT ketika mi’raj. Dalam sebuah riwayat, bahwa di akhir kehidupan Beliau , Rasulullah SAW bersabda, ”shalaah, shalaah, shalaah”  (ingatlah shalat, ingatlah shalat, ingatlah shalat).

Banyak sekali hadits-hadits yang menerangkan pentingnya shalat, sebagian menerangkan kedudukan shalat, keutamaan shalat, dan tata cara shalat. Karena itulah, berkenaan dengan shalat, Hadratul Mukaron Romo K.H. Abdul Latif Madjid RA memberikan bimbingan bahwa di dalam shalat itulah maqam dimana para hamba-Nya menghadap kepada Allah, menjalin kasih sayang dengan-Nya. Dan didalam shalat itu pulalah Allah memberikan nur ma’rifat dan berbagai ilmu, terutama bagi para muridun. Karena itu, bab shalat ini harus diutamakan.

Kedudukan shalat dalam Islam

Sesungguhnya shalat mempunyai kedudukan yang tinggi disisi Allah SWT yang tidak dimiliki oleh ibadah-ibadah yang lain sebagaimana yang dijelaskan dalam Al Qur’an dan As Sunah. Kedudukan-kedudukan tersebut antara lain adalah sebagai berikut;
    Pertama, shalat sebagai tiang penyangga (agama Islam). Suatu bangunan tidak akan berdiri dan tegak kecuali dengan adanya tiang penyangga yang kokoh.
      ”Shalat adalah tiang agama. Maka barangsiapa yang mendirikan shalat, dia telah mendirikan agama, namun bagi siapa saja yang meninggalkan shalat berarti dia telah menghancurkan agama.” (HR. Baihaqi).
    Kedudukan shalat juga mendapat tempat yang tinggi setelah mengucapkan syahadatain sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
      ”Islam dibangun di atas lima dasar, yaitu: persaksian bahwa tiada Ilah yang berhak untuk diibadahi/disembah selain Allah dan bahwasanya Muhammad Adalah utusan Allah, menegakan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan haji ke Baitullah.”(Muttafaqun ‘alaihi).
    Kedua, shalat adalah induk ibadah dan ketaatan yang paling utama. Hal ini dikarenakan banyaknya nash-nash dari Al Qur’an yang memerintahkanya, menjaganya dengan melaksanakanya tepat waktu dan menunaikanya dengan baik, sebagaimana firman Allah:
      ”Peliharalah segala shalatmu dan peliharalah shalat wustha.”(QS. Al Baqarah: 238).
    Shalat juga merupakan ibadah yang pertama kali dimintai pertanggung jawabanya dari manusia pada hari kiamat kelak.
      ”Sesungguhnya amal ibadah seseorang yang paling pertama kali dihisab adalah shalat. Jika shalatnya dinilai baik, maka bahagia dan tenanglah dia. Namun jika shalatnya rusak, maka rugi dan sengsaralah dia. Adapun jika diantara shalatnya ada yang kurang sempurna, maka Allah azza wa jalla berfirman: Periksalah kembali wahai malaikat, apakah dia suka melaksanakan shalat sunah? Jika ada, sempurnakanlah shalatnya dengan shalat sunahnya tersebut! Seperti itulah perhitungan amal ibadah yang lain.” (HR. Tirmidzi, Ahmad dan Nasa’i).
    Ketiga, Shalat merupakan garis pemisah antara keimanan dan kekufuran. Ia adalah sesuatu yang membedakan antara orang-orang yang beriman dengan orang-orang inkar, sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullah SAW dalam haditsnya:
      “Batas antara seseorang dengan kekufuran adalah meninggalkan shalat.”(HR. Nasa’i, Tirmidzi dan Ahmad. Hadits Hasan).
    Ini menunjukan pentingnya kedudukan shalat dalam kehidupan seorang Muslim  dan masyarakat Islam. Al Qur’an juga menganggap bahwa menelantarkan atau mengabaikan shalat itu termasuk sifat-sifat orang yang tersesat dan menyimpang. Adapun terus-menerus mengabaikan shalat dan menghina keberadaanya, maka itu termasuk cirri-ciri orang kafir. Allah SWT berfirman:
      ”Jika dikatakan kepada mereka, taatlah dan kerjakanlah shalat, maka mereka enggan mengerjakanya.” (Al-Mursalat: 48).
    Keempat, shalat merupakan senjata ampuh bagi manusia untuk mencegahnya dari perbuatan keji dan munkar. Hal ini sebagaimana firman Allah  SWT:
      “Sesungguhnya shalat itu mencegah manusia dari perbuatan keji dan munkar.”(QS. Al-Ankabut: 45).
    Dari ayat ini, Allah sesungguhnya telah memberikan janji kepada kaum beriman bahwa dengan shalat  perilaku seseorang pasti akan  berubah menuju kebaikan. Dalam kaitan dengan upaya mengatasi krisis multidimensi bangsa, shalat merupakn alat yang sangat ampuh untuk memperbaiki kualitas bangsa agar lebih bermutu. Terutama dari aspek moralitas.


Menuju shalat yang berkualitas

Seringkali dijumpai kenyataan bahwa ada seseorang yang sudah melakukan shalat, namun berbagai bentuk kemunkaran tetap ia lakukan, seperti mabuk-mabukan, judi dan sebagainya. Yang menjadi pertanyaanya adalah; mengapa ibadah shalat yang dilakukan seolah-olah tidak ada dampaknya dalam keseharian?
Ada beberapa faktor mengapa itu semua bisa terjadi.

    Pertama, adalah tidak berpengaruhnya shalat terhadap perbaikan perilaku seseorang karena antara lain ia mengkomsumsi barang haram dan memakai barang haram tersebut dalam ibadah shalatnya. Mereka menganggap bahwa halal dan haram bukanlah sesuatu yang penting. Yang penting bagi mereka adalah bagaimana mengumpulakn harta sebanyak-banyaknya. Masalah halal-haram rezeki adalah masalah yang sangat penting dalam kehidupan seseorang. Karena pentingnya peranan rezeki dalam kehidupan, hingga Allah memerintahkan kepada Rasul untuk mendahulukan harta halal dari pada melakukan amal kebaikan. Allah berfirman:
      ”Wahai para Rasul, makanlah makanan yang baik dan kemudian beramallah kalian dengan amalan yang baik.”(QS. Al Mu’minuun: 51).
    Rasulullah SAW juga bersabda:
      ”Mencari harta halal adalah wajib bagi setiap orang Islam.” (HR. Ath Thabrani/Dhoif).
    Seseorang yang nafkahnya bersumber dari rezeki yang halal pastilah akan menjadi manusia yang cenderung kepada kebaikan. Dan ketika tubuh yang tumbuh dari harta halal tersebut digunakan untuk shalat, maka akan mudah tumbuh kekhusyu’an dalam melaksanakan shalat. Namun sebaliknya, jika tubuh seseorang bersumber dari harta haram, pastilah tubuh tersebut akan selalu cenderung untuk melaksanakan kemaksiatan. Sehingga ketika tubuh tersebut digunakan untuk shalat, maka akan timbul gejolak pemberontakan dari nafsunya yang mengakibatkan hilangnya kekhusyu’an didalam shalat. Bukan hanya itu saja. Bila harta tersebut menjadi kendaraan, maka kendaraan tersebut akan selalu menggerakan pemakainya untuk senantiasa menuju ketempat-tempat maksiat. Ketika uang haram tersebut digunakan untuk membeli makanan dan minuman, maka makanan dan minuman tersebut akan menimbulkan penyakit dalam tubuh, menurunkan kecerdasan serta menyebabkan tumbuhnya berbagai perilaku yang merusak. Karena itulah, Rasulullah SAW bersabda:
      “Setiap daging yang tumbuh dari harta haram, maka daging itu paling layak untuk menjadi santapan api neraka.”(HR. At Tirmidzi).
    Dan harta yang haram ini ketika digunakan untuk beribadah, maka ibadah itupun akan menjadi ibadah yang ditolak oleh Allah SWT. Dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda:
      “Barangsiapa yang membeli baju 10 dirham dan didalam pembayaranya satu dirham haram, maka Allah tidak akan menerima shalatnya selama pakaian haram itu masih ada padanya.” (HR. Ahmad/Dhaif).
    Karena itu, harta atau sebuah makanan haram, persoalanya bukan hanya pada masalah hukum semata. Namun harta haram sangat erat kaitanya dengan perilaku manusia, ketenangan hati manusia serta kualitas manusia. Kedua, niat yang tidak ikhlas. Ibadah yang dilakukan tidak ikhlas sama sekali tidak bernialai disisi Allah SWT. Ibadah yang dilakukan hanya simbolis belaka. Namun sasaran peribadahan tersebut bukan Allah, tapi perhatian makhluk. Ibadah model ini dalam bahasa agama disebut dengan riyya’ (pamer). Ketiga, melaksanakan shalat tanpa mengikuti tata cara yang benar. Mungkin wudhunya yang salah. Mungkin rukun dan syarat-syaratnya tidak lengkap. Karena itulah, bagi seorang muslim, mempelajari agama sangatlah penting didalam kehidupan. Dengan demikian, ia bisa melakukan shalat secara lebih sempurna dan berkualitas. Alangkah bijaksananya Rasulullah SAW yang telah bersabda:
      ”menuntut ilmu itu wajib bagi tiap-tiap muslim.” (HR. Al Bayhaqi/Shahih).
    Menuntut ilmu itu wajib. Tingkat kewajibanya berbeda-beda sesuai dengan tingkat kepentingan obyek dari ilmu tersebut, Ilmu tentang shalat lebih penting untuk diketahui oleh tiap-tiap muslim daripada ilmu tentang pesawat misalnya. Karena itulah, bagi tiap-tiap muslim upaya untuk mengetahui tatacara shalat secara baik, benar dan sempurna sangatlah penting agar shalat memilki mutu yang tinggi. Mereka yang melaksanakan shalat secara baik dan benar, secara tepat waktu dan dengan menghayati makna yang terkandung didalam shalat, insya Allah dia tidak terjerumus kedalam kekejian dan kemunkaran dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Keempat, menjaga anggota tubuh dan terutama mata dari kemaksiatan. Memandang wanita atau pria yang bukan muhrim akan menggelapkan hati yang menyebabkan hilangnya kekhusyu’an didalam shalat. Allah telah memberikan bimbingan secaa jelas dengan firmanya:
      ”Katakanlah (wahai Muhammad) kepada kaum mukmin agar mereka menundukan pandangan dan menjaga kemaluan mereka. Yang demikian itu lebih suci (menambah kebaikan) bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa-apa yang mereka perbuat.” (QS. An Nuur: 30).
    Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW juga bersabda:
      ”Sesungguhnya memandang kepada kebaikan/ keindahan wanita adalah salah satu panah beracun diantara panah-panah iblis. Maka barangsiapa yang meninggalkanya, Allah akan memberikan rasa (keindahan) yang membahagiakan didalam hatinya.” (HR. Al Hakim/Shahih).
    Imam Al Ghazali R.A. berkata,
      ”Kemudian wajib atas engkau, semoga Allah menolongmu dan menolong kami, untuk menjaga mata. Sesungguhnya mata adalah sebab tiap-tiap fitnah dan bahaya.” (Matan Minhajul Abidin ma’a Syarhihil lil jamsi hal. 354-356).


Dengan menghindari dari memandang hal-hal yang diharamkan tersebut, otomatis hati juga akan selalu bersih dari kesan-kesan kemaksiatan. Dan hal ini tentunya sangat membantu seseorang dalam mencapai kekhusyu’an didalam shalat. Wallahu’alam

 

Inilah orang-orang yang akan didoakan oleh para malaikat Allah swt.

1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci

Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa, Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci".
(Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)

2. Orang yang sedang duduk menunggu waktu shalat.

Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya 'Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia'"
(Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Muslim no. 469)

3. Orang yang berada di shaf barisan depan shalat berjamaah

Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang-orang) yang berada pada shaf-shaf terdepan" (Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra' bin 'Azib ra, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)

4. Orang yang menyambung shaf pada sholat berjamaah (tidak membiarkan shaf kosong)

Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang-orang yang menyambung shaf - shaf"
(Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)

5. Para malaikat mengucapkan 'Amin' ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah.

Rasulullah SAW bersabda, "Jika seorang Imam membaca 'ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh dhaalinn', maka ucapkanlah oleh kalian 'aamiin', karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu".
(Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 782)

6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat.

Rasulullah SAW bersabda, " Para malaikat akan selalu bershalawat ( berdoa ) kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, 'Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia'"
(Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)

7. Orang - orang yang melakukan shalat Shubuh dan 'Ashar secara berjama'ah.

Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat 'ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat 'ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, 'Bagaimana kalian meninggalkan hambaku?',mereka menjawab, 'Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat"
(Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)

8.Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan.

Rasulullah SAW bersabda, "Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata 'aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan'"
(Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda' ra., Shahih Muslim no. 2733)

9. Orang yang berinfak.

Rasulullah SAW bersabda, "Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, 'Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak'. Dan lainnya berkata, 'Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit'"
(Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)

10. Orang yang sedang makan sahur.

Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat (berdoa) kepada orang-orang yang sedang makan sahur" Insya Allah termasuk disaat sahur untuk puasa "sunnah" (Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib watTarhiib I/519)

11. Orang yang sedang menjenguk orang sakit.

Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan diwaktu malam kapan saja hingga shubuh"
(Imam Ahmad meriwayatkan dari 'Ali bin Abi Thalib ra., Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, "Sanadnya shahih")

12. Seseorang yang sedang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.

Rasulullah SAW bersabda, "Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain"
(Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343) 

Semoga bermanfaat
Jazakumullahi khoiroti wasa'adatid dunya wal akhiroh.. amiin