Salah satu pilar terpenting dalam Islam adalah shalat. Dibanding dengan berbagai ritual peribadatan Islam yang lain, shalat adalah ritual yang paling bisa menjangkau keseluruhan umat. Sebab, shalat merupakan kewajiban setiap muslim selama akal serta kesadaran mereka masih normal. Bahkan karena pentingnya shalat ini, maka kaum muslimin mengenal berbagai model shalat untuk berbagai situasi. Ada yang bersifat ’azimah. Yaitu shalat yang dilakukan tanpa ada perubahan dari petunjuk awal. Ada shalat jama’. Yaitu shalat dimana seseorang mengumpulkan dua shalat dalam satu waktu. Ada shalat qhasar, dimana seseorang melakukan shalat lebih sedikit rekaatnya dari ketentuan awal. Ada shalat khauf, yaitu shalat yang mereka lakukan saat di medan perang. Ada shalat mariadh, bagi mereka yang sakit.
Sementara berbagai ibadah lain hanya diwajibkan ketika seseorang memiliki kemampuan dengan standar tertentu. Haji atau zakat misalnya, hanya diwajibkan atas orang-orang kaya dan mampu. Puasa, hanya dilakukan oleh mereka yang secara kesehatan mampu. Jihad pun demikian. Jihad di fardhukan ketika kaum muslimin dalam keadaan diserang. Dan mereka yang di perbolehkan berjihad hanyalah mereka yan secara fisik sehat dan mendapat izin dari orang tua.
Dalam Al Qur’an terdapat banyak sekali ayat-ayat yang berkaitan dengan shalat. Di antara kelima rukun Islam, shalat adalah rukun yang paling banyak disinggung di dalam Al Qur’an. Perintah shalat lima waktu diterima oleh Rasulullah SAW secara langsung dari Allah SWT ketika mi’raj. Dalam sebuah riwayat, bahwa di akhir kehidupan Beliau , Rasulullah SAW bersabda, ”shalaah, shalaah, shalaah” (ingatlah shalat, ingatlah shalat, ingatlah shalat).
Banyak sekali hadits-hadits yang menerangkan pentingnya shalat, sebagian menerangkan kedudukan shalat, keutamaan shalat, dan tata cara shalat. Karena itulah, berkenaan dengan shalat, Hadratul Mukaron Romo K.H. Abdul Latif Madjid RA memberikan bimbingan bahwa di dalam shalat itulah maqam dimana para hamba-Nya menghadap kepada Allah, menjalin kasih sayang dengan-Nya. Dan didalam shalat itu pulalah Allah memberikan nur ma’rifat dan berbagai ilmu, terutama bagi para muridun. Karena itu, bab shalat ini harus diutamakan.
Kedudukan shalat dalam Islam
Sesungguhnya shalat mempunyai kedudukan yang tinggi disisi Allah SWT yang tidak dimiliki oleh ibadah-ibadah yang lain sebagaimana yang dijelaskan dalam Al Qur’an dan As Sunah. Kedudukan-kedudukan tersebut antara lain adalah sebagai berikut;
Sementara berbagai ibadah lain hanya diwajibkan ketika seseorang memiliki kemampuan dengan standar tertentu. Haji atau zakat misalnya, hanya diwajibkan atas orang-orang kaya dan mampu. Puasa, hanya dilakukan oleh mereka yang secara kesehatan mampu. Jihad pun demikian. Jihad di fardhukan ketika kaum muslimin dalam keadaan diserang. Dan mereka yang di perbolehkan berjihad hanyalah mereka yan secara fisik sehat dan mendapat izin dari orang tua.
Dalam Al Qur’an terdapat banyak sekali ayat-ayat yang berkaitan dengan shalat. Di antara kelima rukun Islam, shalat adalah rukun yang paling banyak disinggung di dalam Al Qur’an. Perintah shalat lima waktu diterima oleh Rasulullah SAW secara langsung dari Allah SWT ketika mi’raj. Dalam sebuah riwayat, bahwa di akhir kehidupan Beliau , Rasulullah SAW bersabda, ”shalaah, shalaah, shalaah” (ingatlah shalat, ingatlah shalat, ingatlah shalat).
Banyak sekali hadits-hadits yang menerangkan pentingnya shalat, sebagian menerangkan kedudukan shalat, keutamaan shalat, dan tata cara shalat. Karena itulah, berkenaan dengan shalat, Hadratul Mukaron Romo K.H. Abdul Latif Madjid RA memberikan bimbingan bahwa di dalam shalat itulah maqam dimana para hamba-Nya menghadap kepada Allah, menjalin kasih sayang dengan-Nya. Dan didalam shalat itu pulalah Allah memberikan nur ma’rifat dan berbagai ilmu, terutama bagi para muridun. Karena itu, bab shalat ini harus diutamakan.
Kedudukan shalat dalam Islam
Sesungguhnya shalat mempunyai kedudukan yang tinggi disisi Allah SWT yang tidak dimiliki oleh ibadah-ibadah yang lain sebagaimana yang dijelaskan dalam Al Qur’an dan As Sunah. Kedudukan-kedudukan tersebut antara lain adalah sebagai berikut;
- Pertama, shalat sebagai tiang penyangga (agama Islam). Suatu bangunan tidak akan berdiri dan tegak kecuali dengan adanya tiang penyangga yang kokoh.
- ”Shalat adalah tiang agama. Maka barangsiapa yang mendirikan shalat, dia telah mendirikan agama, namun bagi siapa saja yang meninggalkan shalat berarti dia telah menghancurkan agama.” (HR. Baihaqi).
- ”Islam dibangun di atas lima dasar, yaitu: persaksian bahwa tiada Ilah yang berhak untuk diibadahi/disembah selain Allah dan bahwasanya Muhammad Adalah utusan Allah, menegakan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan haji ke Baitullah.”(Muttafaqun ‘alaihi).
- ”Peliharalah segala shalatmu dan peliharalah shalat wustha.”(QS. Al Baqarah: 238).
- ”Sesungguhnya amal ibadah seseorang yang paling pertama kali dihisab adalah shalat. Jika shalatnya dinilai baik, maka bahagia dan tenanglah dia. Namun jika shalatnya rusak, maka rugi dan sengsaralah dia. Adapun jika diantara shalatnya ada yang kurang sempurna, maka Allah azza wa jalla berfirman: Periksalah kembali wahai malaikat, apakah dia suka melaksanakan shalat sunah? Jika ada, sempurnakanlah shalatnya dengan shalat sunahnya tersebut! Seperti itulah perhitungan amal ibadah yang lain.” (HR. Tirmidzi, Ahmad dan Nasa’i).
- “Batas antara seseorang dengan kekufuran adalah meninggalkan shalat.”(HR. Nasa’i, Tirmidzi dan Ahmad. Hadits Hasan).
- ”Jika dikatakan kepada mereka, taatlah dan kerjakanlah shalat, maka mereka enggan mengerjakanya.” (Al-Mursalat: 48).
- “Sesungguhnya shalat itu mencegah manusia dari perbuatan keji dan munkar.”(QS. Al-Ankabut: 45).
Menuju shalat yang berkualitas
Seringkali dijumpai kenyataan bahwa ada seseorang yang sudah melakukan shalat, namun berbagai bentuk kemunkaran tetap ia lakukan, seperti mabuk-mabukan, judi dan sebagainya. Yang menjadi pertanyaanya adalah; mengapa ibadah shalat yang dilakukan seolah-olah tidak ada dampaknya dalam keseharian?
Ada beberapa faktor mengapa itu semua bisa terjadi.
- Pertama, adalah tidak berpengaruhnya shalat terhadap perbaikan perilaku seseorang karena antara lain ia mengkomsumsi barang haram dan memakai barang haram tersebut dalam ibadah shalatnya. Mereka menganggap bahwa halal dan haram bukanlah sesuatu yang penting. Yang penting bagi mereka adalah bagaimana mengumpulakn harta sebanyak-banyaknya.
Masalah halal-haram rezeki adalah masalah yang sangat penting dalam kehidupan seseorang. Karena pentingnya peranan rezeki dalam kehidupan, hingga Allah memerintahkan kepada Rasul untuk mendahulukan harta halal dari pada melakukan amal kebaikan. Allah berfirman:
- ”Wahai para Rasul, makanlah makanan yang baik dan kemudian beramallah kalian dengan amalan yang baik.”(QS. Al Mu’minuun: 51).
- ”Mencari harta halal adalah wajib bagi setiap orang Islam.” (HR. Ath Thabrani/Dhoif).
- “Setiap daging yang tumbuh dari harta haram, maka daging itu paling layak untuk menjadi santapan api neraka.”(HR. At Tirmidzi).
- “Barangsiapa yang membeli baju 10 dirham dan didalam pembayaranya satu dirham haram, maka Allah tidak akan menerima shalatnya selama pakaian haram itu masih ada padanya.” (HR. Ahmad/Dhaif).
- ”menuntut ilmu itu wajib bagi tiap-tiap muslim.” (HR. Al Bayhaqi/Shahih).
- ”Katakanlah (wahai Muhammad) kepada kaum mukmin agar mereka menundukan pandangan dan menjaga kemaluan mereka. Yang demikian itu lebih suci (menambah kebaikan) bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa-apa yang mereka perbuat.” (QS. An Nuur: 30).
- ”Sesungguhnya memandang kepada kebaikan/ keindahan wanita adalah salah satu panah beracun diantara panah-panah iblis. Maka barangsiapa yang meninggalkanya, Allah akan memberikan rasa (keindahan) yang membahagiakan didalam hatinya.” (HR. Al Hakim/Shahih).
- ”Kemudian wajib atas engkau, semoga Allah menolongmu dan menolong kami, untuk menjaga mata. Sesungguhnya mata adalah sebab tiap-tiap fitnah dan bahaya.” (Matan Minhajul Abidin ma’a Syarhihil lil jamsi hal. 354-356).
Dengan menghindari dari memandang hal-hal yang diharamkan tersebut, otomatis hati juga akan selalu bersih dari kesan-kesan kemaksiatan. Dan hal ini tentunya sangat membantu seseorang dalam mencapai kekhusyu’an didalam shalat. Wallahu’alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar