Selasa, 06 Juli 2010

Cinta Sejati untuk Sang Nabi

Kawula muda pasti paling bersemangat jika diajak berbicara tentang cinta. Sayangnya, tak sedikit para remaja memandang cinta dengan pemahaman yang dangkal. Obrolan tentang cinta, biasanya hanya terbatas pada cinta semu ala dunia mereka.

Padahal, ada cinta sejati yang berujung pada sebuah kesuksesan dunia akhirat. Ialah cinta kepada sang Nabi, Muhammad SAW. Ironisnya, ketika ada remaja yang berbicara tenang cinta Rasulullah, kedengaranya tidak lazim. Kadang di cap sok alim. Padahal mencintai Rasul adalah tolok ukur cinta kita kepada Allah. Jadi, betapa pentingnya hal ini, tetapi betapa sedikit yang mengindahkanya.

Bila Hati Jatuh Cinta

Pernahkah kamu jatuh cinta? Apa yang biasanya terjadi denganmu bila sedang mengalaminya?
Pasti, kita akan selalu berusaha menarik perhatianya agar si dia mau melihat kita. Sering bercerita  atau membicarakan tentang dia, menyukai apa yang disukainya, dan sebaliknya mungkin juga ikut membenci sesuatu yang tidak disukainya.

Bila kita mencintai seseorang, biasanya juga kita akan malu bila tampak tidak baik dan tidak sempurna dihadapan orang yang kita cintai. Bahkan acapkali kita mengesampingkan kepentingan pribadi dengan lebih mengutamakan kepentingan si dia, karena kita takut dia akan menganggap kita tidak perhatian padanya. Lalu jika cinta itu sudah kita dapatkan, kita akan berusaha merawatnya, agar bisa langgeng dan terpalihara.

Sekarang coba kita menilai diri sendiri. Sebagai remaja muslim, apa jawaban kita jika ada yang bertanya ‘apakah kamu mencintai Rasulullah?’ Yakin, 100% akan menjawab ‘ya’.
Tetapi apa bukti bahwa kita cinta pada beliau? Setidaknya, tanda-tanda cinta diatas mestinya ada dalam diri kita. Namun kenyataanya, berapa kali kita menggumamkan asama beliau setiap hari? Sudahkah kita menyukai apa yang disukai Rasulullah SAW dan menghindari apa yang tidak disukai beliau?
Adakah pula rasa malu bila kita tampak buruk dihadapan Rasulullah? Sepertinya tipis sekali rasa itu, bahkan mungkin tidak ada. Buktinya kita masih suka berbuat maksiat, masih belum mau menutup aurat, dan tidak segan melanggar larangan beliau.
 
Mengapa Kita Mencintai Rasulullah?

Barang siapa yang mencintai Rasulullah, berarti ia juga mencintai Allah. Itulah salah satu alasan mengapa kita harus mencintai Rasulullah. Dalam Al Qur’an banyak kita temukan asma Allah selalu diiringi asma Rasul-Nya. Hal itu menggambarkan, beliaulah kekasih paling utama dan dicintai Allah.
Tetapi, terlepas dari hal itu, mencintai Rasul sebenarnya adalah kewajiban yang memang sudah menjadi keharusan. Bagaimana tidak? Begitu besarnya jasa beliau. Allah tidak akan menciptakan makhluk di dunia ini jika tidak menciptakan Rasulullah SAW. Laulaaka laulaaka maa kholaqtul aflaak. “Jika tidak karena engkau (Muhammad), tak akan kuciptakan alam semesta”. Itu berarti, kita tak akan ada bila beliau tidak diciptakan.

Beliau juga sangat berjasa kepada kaum wanita. Jika tidak ada Rasulullah sebagai penuntun jalan kebenaran, mungkin wanita tidak akan pernah lahir kedunia, karena di zaman jahiliyah dulu orang mengubur bayi perempuan hidup-hidup karena malu.
Beliau pula yang menunjukan umat dari jalan yang gelap menuju kesadaran kepada Allah. Masih banyak lagi jasa beliau kepada umatnya.

Alasan lainya adalah karena beliau sungguh mencintai kita. Menjelang detik-detik wafatnya, beliau memanggil ummatii.. ummatii… Bukan siapa-siapa yang beliau panggil, melainkan kita umatnya.

“Subhanallah! Betapa belas kasihnya beliau kepada kita.”

Nah, jika Rasulullah SAW saja mencintai kita yang mestinya tidak pantas dicintai, alangkah terlalunya diri kita jika sampai tidak mencintai beliau.

Bagaimana Caranya?

Jika benar-benar ingin menjadi kekasih Rasulullah, tidak sulit sebenarnya. Apalagi jika dasarnya cinta, melakukan apapun akan dengan senang hati dan penuh kerelaan.
Untuk menumbuhkan cinta,
    yang pertama, banyaklah membaca sejarah beliau untuk mengenal beliau lebih dalam. Bayangkanlah seandainya kita hidup sezaman dengan beliau, akankah kita juga akan menjadi umat beliau, ataukah sebaliknya menjadi penentang beliau? Dengan begitu kita akan bersyukur dimasa ini kita digolongkan menjadi umat pengikut beliau. Rasa syukur itu kita wujudkan dalam bentuk mentaati segala perintah beliau. Yang kedua, adalah dengan banyak membaca shalawat. Dalam surat Al-Ahzab ayat 56 diterangkan bahwa kita diperintahkan untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW, karena sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya juga bershalawat atas beliau.


Dengan shalawat, kita juga akan mendapatkan syafaat dari Rasulullah SAW, Keistemewaanya lainya adalah, bahwa orang yang paling dekat dengan Rasulullah SAW di akhirat nanti adalah yang paling banyak membaca shalawat kepada beliau dengan ikhlas.
Berikutnya adalah dengan menjalankan sunah beliau, yaitu segala perbuatan, perkataan, serta ketetapan yang datang dari Rasulullah SAW.

Menjalankan sunah Rasul ini, dalam Wahidiyah tersirat dalam ajaran Lirrasul Birrasul. Lirrasul adalah dalam menjalankan aktivitas apapun, asalkan tidak bertentangan dengan hukum Allah, harus benar-benar diniati menaati perintah/sunah Rasulullah. Sedangkan Birrasul adalah dalam menjalankan aktivitas tadi, harus benar-benar disadari bahwa semua itu tak lepas dari jasa Rasulullah SAW.

Nikmatnya Cinta yang Terbalas

Alangkah kecewa dan ingin marah ketika cinta tidak terbalas. Sebaliknya, cinta yang terbalas menumbuhkan gairah hidup, sehingga lebih berwarna dan lebih semangat.
Begitupun rasa cinta pada Rasulullah SAW, akan menumbuhkan nikmat dalam hidup dan beribadah. Karena jika seseorang melakukan perbuatan atas dasar cinta, tak akan ada keterpaksaan. Puasa sunah, shalat malam, menuntut ilmu, akan menjadi ibadah yang menyenangkan karena kita melakukan perbuatan yang sangat disukai kekasih kita.

Bila kita mencintai Rasulullah, insya Allah syafa’at akan kita dapatkan. Baik syafa’at di dunia, lebih-lebih di akhirat yang dinamakan Syafa’atu Uzma. Ketika cinta tak ada seorang manusia pun yang mampu memberi pertolongan. Hanya beliau seorang yang mendapat hak istemewa dari Allah.Namun bila kita tidak mengenal Rasulullah, bagaimana bisa kita mendapat syafaat itu? Jika kita tak pernah berhubungan batin dengan beliau, bagaimana beliau bisa mengenal kita? Lalu jika beliau saja tidak mengenal kita, siapa lagi yang akan kita mintai pertolongan di hari maha dahsyat itu. Alangkah menyedihkanya, sobat!

Lebih dari itu, jika cinta kepada Rasulullah, kita akan menjadi kekasih, bahkan saudara beliau, ketika beliau SAW ditanya siapakah makhluk yang paling menkjubkan imanya, jawabanya bukan Malaikat, bukan Nabi, bukan para Sahabat, malainkan umat yang datang dikemudian hari  sesudah beliau dan para sahabat. Yaitu mereka yang tidak hidup sezaman dengan beliau, tidak pernah berjumpa langsung denga beliau, tetapi memilki cinta dan kerinduan yang dalam pada beliau. Serta rela berkorban demi memperjuangkan apa yang diperjuangkan oleh beliau SAW. Sungguh, Rasulullah amat merindukan mereka.

Alangkah nikmatnya. Andaikata kita termasuk di antara yang datang kemudian itu? Kita takar dulu  sebesar apa rasa cinta kita.

Wallahu’alam

"Duhai kanjeng Nabi Pemberi Syafaat Makhluq, kepangkuan Mu Sholawat dan salam ku sanjungkan, Duhai Nur Cahaya Makhluq, Pembimbing manusia: Duhai unsur dan jiwa Makhluq bimbing, bimbing dan didiklah diriku, sungguh aku manusia yang dholim selalu” Tiada arti diriku tanpa Engkau duhai ya Sayyidi jika Engkau hindari aku, akibat keterlaluan berlarut-larutku, pastilah, pastilah, pastiku kan hancur binasa!”

Seputar Cinta Kepada Nabi SAW

Bahwa mencintai Nabi Muhammad Rasulullah SAW adalah bagian dari iman. Barangsiapa tidak mencintai beliau, maka ia terancam siksaan Allah baik di dunia maupun di akhirat.
Buah dari cinta kepada Nabi SAW, adalah terutama merasakan manisnya iman dan akhirat kelak, ia akan beserta Nabi SAW.

Wajib mencintai Nabi SAW melebihi cinta kepada semua makhluk

    1. Wajib mencintai Rasulullah SAW melebihi cintanya kepada orang tua dan anak-anaknya. Abu Hurairah RA mengatakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:

      ”Demi Dzat yang jiwaku berada di genggaman-Nya; Tidak sempurna iman salah seorang antara kalian sehingga ia mencintaiku melebihi cintanya kepada orang tua dan anak-anaknya.” (HR. Bukhari).


    2. Wajib mencintai Rasulullah SAW melebihi cintanya kepada keluarga, harta dan seluruh manusia. Anas bin Malik RA mengatakan, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

      "Tidak akan sempurna iman seorang hamba sebelum ia mencintaiku melebihi cintanya kepada keluarganya, hartanya dan seluruh manusia.” (HR. Muslim).


    3. Wajib mencintai Rasulullah SAW melebihi cintanya kepada diri sendiri. Abdullah bin Hisyam RA berkata:

      ”Kami pernah bersama Nabi SAW. Saat itu beliau memegang tangan Umar bin Khattab RA. Lalu Umar berkata kepada beliau: Wahai Rasulullah, Engkau pasti aku cintai lebih dari cintaku kepada segalanya, kecuali kepada diriku sendiri. Nabi SAW bersabda: Tidak! Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, itu tidak cukup sebelum engkau mencintaiku melebihi cintamu pada dirimu sendiri. Maka Umar pun berkata: Demi Allah, sekarang aku mencintaimu melebihi cintaku pada diriku sendiri. Maka Rasulullah SAW bersabda: Sekarang (telah sempurnalah imanmu) wahai Umar.” (HR. Bukhari).


Ancaman bagi orang yang mencintai sesuatu melebihi cintanya kepada Nabi SAW

Di dalam Al Qur’an surat At-Taubah ayat 24, Allah SWT berfirman:

    ”Katakanlah! Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluarga-keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatir kerugianya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya serta dari jihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Allah tidak member I petunjuk kepada orang-orang fasik.”


Ayat diatas, oleh beberapa ulama besar di tafsiri sebagai berikut:
Menurut Al-Hafidz Ibnu Katsir: “Tunggulah apa yang akan menimpamu berupa bencana dan siksaan dari-Nya.”
Kata Mujahid dan Hasan Al BAshri: ”Siksaan yang pasti datang, cepat maupun lambat.”
Sedangkan menurut Al Allamah Zamahsyari: ”Ini adalah ayat yang keras, tidak ada ayat yang lebih keras darinya.”


Buah cinta kepada Nabi SAW

    1. Cinta dan mengikuti sunah beliau akan di cintai Allah dan di ampuni dosa-dosanya. Allah SWT telah berfirman dalam surat Ali Imron ayat 31:

      ”Katakanlah (wahai Muhammad): Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”


    2. Cinta kepada Nabi SAW menyebabkan seseorang dapat merasakan manisnya iman. Diriwayatkan oleh Anas bin Malik dari Nabi SAW, beliau bersabda:

      ”Tiga hal, jika ada pada diri seseorang, maka ia akan memperoleh manisnya iman. Hendaknya Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada lainya. Hendaknya ia tidak mencintai seseorang kecuali karena Allah. Dan hendaknya ia benci kembali kepada kekufuran melebihi kebencianya untuk dilemparkan ke dalam api neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim).


    3. Cinta kepada Nabi SAW, akan bersama beliau besok di akhirat.
    Anas bin Malik RA mengatakan bahwa:

      ”Seseorang datang menemui Rasulullah SAW dan bertanya: Wahai Rasulullah! Kapan akan terjadi kiamat? Beliau bersabda: Apa yang telah kamu persiapkan untuk menghadapinya? Ia menjawab: Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Lalu beliau bersabda: Sesungguhnya engkau akan bersama-sama dengan orang yang kamu cintai.” (HR. Bukhari dan Muslim).


Tanda-tanda cinta kepada Nabi SAW

Di antara tanda-tanda cinta kepada Nabi SAW, adalah:

    1. Selalu ingat, membayangkan, menyebut-nyebut dan memanggil-manggil beliau Rasulullah SAW.

      ”Barangsiapa yang mencintai sesuatu, maka ia akan benyak menyebut-nyebutnya.”


    2. Senantiasa berusaha untuk bertemu, beserta beliau Rasulullah SAW, zahiron wa bathinan, dunyan wa ukhron.

      ”Pengobat hati (hati rindu, cinta) adalah bertemu dengan yang di cintai.”


    3. Taat, melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Rasulullah SAW.

      ”(Orang yang cinta) ia akan taat kepada yang di cintainya.”


    4. Siap, mau berkorban harta dan jiwanya demi membela Rasulullah SAW.

    5. Menghormati dan mengagungkan kebesaran dan keagungan Rasulullah SAW.

    6. Senantiasa bershalawat kepada Nabi SAW.
    Sedangkan hakikat cinta itu sendiri, adalah sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah dawuh:

      ”Hakikat cinta adalah meleburkan diri secara total tanpa sisa sedikitpun kepada dan untuk orang yang engkau cintai.” (Syarah Hikam Ibn Ibad juz: II hal. 63).


Akhirnya, marilah kita penuhi hati kita dengan kecintaan kepada Nabi SAW. Kita ekspresikan rasa cinta itu dengan memperbanyak baca shalawat kepada beliau dan nida’ Yaa Sayyidii Yaa Rasulullah.

Wallahu’alam