Kawula muda pasti paling bersemangat jika diajak berbicara tentang cinta. Sayangnya, tak sedikit para remaja memandang cinta dengan pemahaman yang dangkal. Obrolan tentang cinta, biasanya hanya terbatas pada cinta semu ala dunia mereka.
Padahal, ada cinta sejati yang berujung pada sebuah kesuksesan dunia akhirat. Ialah cinta kepada sang Nabi, Muhammad SAW. Ironisnya, ketika ada remaja yang berbicara tenang cinta Rasulullah, kedengaranya tidak lazim. Kadang di cap sok alim. Padahal mencintai Rasul adalah tolok ukur cinta kita kepada Allah. Jadi, betapa pentingnya hal ini, tetapi betapa sedikit yang mengindahkanya.
Bila Hati Jatuh Cinta
Pernahkah kamu jatuh cinta? Apa yang biasanya terjadi denganmu bila sedang mengalaminya?
Pasti, kita akan selalu berusaha menarik perhatianya agar si dia mau melihat kita. Sering bercerita atau membicarakan tentang dia, menyukai apa yang disukainya, dan sebaliknya mungkin juga ikut membenci sesuatu yang tidak disukainya.
Bila kita mencintai seseorang, biasanya juga kita akan malu bila tampak tidak baik dan tidak sempurna dihadapan orang yang kita cintai. Bahkan acapkali kita mengesampingkan kepentingan pribadi dengan lebih mengutamakan kepentingan si dia, karena kita takut dia akan menganggap kita tidak perhatian padanya. Lalu jika cinta itu sudah kita dapatkan, kita akan berusaha merawatnya, agar bisa langgeng dan terpalihara.
Sekarang coba kita menilai diri sendiri. Sebagai remaja muslim, apa jawaban kita jika ada yang bertanya ‘apakah kamu mencintai Rasulullah?’ Yakin, 100% akan menjawab ‘ya’.
Tetapi apa bukti bahwa kita cinta pada beliau? Setidaknya, tanda-tanda cinta diatas mestinya ada dalam diri kita. Namun kenyataanya, berapa kali kita menggumamkan asama beliau setiap hari? Sudahkah kita menyukai apa yang disukai Rasulullah SAW dan menghindari apa yang tidak disukai beliau?
Adakah pula rasa malu bila kita tampak buruk dihadapan Rasulullah? Sepertinya tipis sekali rasa itu, bahkan mungkin tidak ada. Buktinya kita masih suka berbuat maksiat, masih belum mau menutup aurat, dan tidak segan melanggar larangan beliau.
Padahal, ada cinta sejati yang berujung pada sebuah kesuksesan dunia akhirat. Ialah cinta kepada sang Nabi, Muhammad SAW. Ironisnya, ketika ada remaja yang berbicara tenang cinta Rasulullah, kedengaranya tidak lazim. Kadang di cap sok alim. Padahal mencintai Rasul adalah tolok ukur cinta kita kepada Allah. Jadi, betapa pentingnya hal ini, tetapi betapa sedikit yang mengindahkanya.
Bila Hati Jatuh Cinta
Pernahkah kamu jatuh cinta? Apa yang biasanya terjadi denganmu bila sedang mengalaminya?
Pasti, kita akan selalu berusaha menarik perhatianya agar si dia mau melihat kita. Sering bercerita atau membicarakan tentang dia, menyukai apa yang disukainya, dan sebaliknya mungkin juga ikut membenci sesuatu yang tidak disukainya.
Bila kita mencintai seseorang, biasanya juga kita akan malu bila tampak tidak baik dan tidak sempurna dihadapan orang yang kita cintai. Bahkan acapkali kita mengesampingkan kepentingan pribadi dengan lebih mengutamakan kepentingan si dia, karena kita takut dia akan menganggap kita tidak perhatian padanya. Lalu jika cinta itu sudah kita dapatkan, kita akan berusaha merawatnya, agar bisa langgeng dan terpalihara.
Sekarang coba kita menilai diri sendiri. Sebagai remaja muslim, apa jawaban kita jika ada yang bertanya ‘apakah kamu mencintai Rasulullah?’ Yakin, 100% akan menjawab ‘ya’.
Tetapi apa bukti bahwa kita cinta pada beliau? Setidaknya, tanda-tanda cinta diatas mestinya ada dalam diri kita. Namun kenyataanya, berapa kali kita menggumamkan asama beliau setiap hari? Sudahkah kita menyukai apa yang disukai Rasulullah SAW dan menghindari apa yang tidak disukai beliau?
Adakah pula rasa malu bila kita tampak buruk dihadapan Rasulullah? Sepertinya tipis sekali rasa itu, bahkan mungkin tidak ada. Buktinya kita masih suka berbuat maksiat, masih belum mau menutup aurat, dan tidak segan melanggar larangan beliau.
Mengapa Kita Mencintai Rasulullah?
Barang siapa yang mencintai Rasulullah, berarti ia juga mencintai Allah. Itulah salah satu alasan mengapa kita harus mencintai Rasulullah. Dalam Al Qur’an banyak kita temukan asma Allah selalu diiringi asma Rasul-Nya. Hal itu menggambarkan, beliaulah kekasih paling utama dan dicintai Allah.
Tetapi, terlepas dari hal itu, mencintai Rasul sebenarnya adalah kewajiban yang memang sudah menjadi keharusan. Bagaimana tidak? Begitu besarnya jasa beliau. Allah tidak akan menciptakan makhluk di dunia ini jika tidak menciptakan Rasulullah SAW. Laulaaka laulaaka maa kholaqtul aflaak. “Jika tidak karena engkau (Muhammad), tak akan kuciptakan alam semesta”. Itu berarti, kita tak akan ada bila beliau tidak diciptakan.
Beliau juga sangat berjasa kepada kaum wanita. Jika tidak ada Rasulullah sebagai penuntun jalan kebenaran, mungkin wanita tidak akan pernah lahir kedunia, karena di zaman jahiliyah dulu orang mengubur bayi perempuan hidup-hidup karena malu.
Beliau pula yang menunjukan umat dari jalan yang gelap menuju kesadaran kepada Allah. Masih banyak lagi jasa beliau kepada umatnya.
Alasan lainya adalah karena beliau sungguh mencintai kita. Menjelang detik-detik wafatnya, beliau memanggil ummatii.. ummatii… Bukan siapa-siapa yang beliau panggil, melainkan kita umatnya.
“Subhanallah! Betapa belas kasihnya beliau kepada kita.”
Nah, jika Rasulullah SAW saja mencintai kita yang mestinya tidak pantas dicintai, alangkah terlalunya diri kita jika sampai tidak mencintai beliau.
Bagaimana Caranya?
Jika benar-benar ingin menjadi kekasih Rasulullah, tidak sulit sebenarnya. Apalagi jika dasarnya cinta, melakukan apapun akan dengan senang hati dan penuh kerelaan.
Untuk menumbuhkan cinta,
Barang siapa yang mencintai Rasulullah, berarti ia juga mencintai Allah. Itulah salah satu alasan mengapa kita harus mencintai Rasulullah. Dalam Al Qur’an banyak kita temukan asma Allah selalu diiringi asma Rasul-Nya. Hal itu menggambarkan, beliaulah kekasih paling utama dan dicintai Allah.
Tetapi, terlepas dari hal itu, mencintai Rasul sebenarnya adalah kewajiban yang memang sudah menjadi keharusan. Bagaimana tidak? Begitu besarnya jasa beliau. Allah tidak akan menciptakan makhluk di dunia ini jika tidak menciptakan Rasulullah SAW. Laulaaka laulaaka maa kholaqtul aflaak. “Jika tidak karena engkau (Muhammad), tak akan kuciptakan alam semesta”. Itu berarti, kita tak akan ada bila beliau tidak diciptakan.
Beliau juga sangat berjasa kepada kaum wanita. Jika tidak ada Rasulullah sebagai penuntun jalan kebenaran, mungkin wanita tidak akan pernah lahir kedunia, karena di zaman jahiliyah dulu orang mengubur bayi perempuan hidup-hidup karena malu.
Beliau pula yang menunjukan umat dari jalan yang gelap menuju kesadaran kepada Allah. Masih banyak lagi jasa beliau kepada umatnya.
Alasan lainya adalah karena beliau sungguh mencintai kita. Menjelang detik-detik wafatnya, beliau memanggil ummatii.. ummatii… Bukan siapa-siapa yang beliau panggil, melainkan kita umatnya.
“Subhanallah! Betapa belas kasihnya beliau kepada kita.”
Nah, jika Rasulullah SAW saja mencintai kita yang mestinya tidak pantas dicintai, alangkah terlalunya diri kita jika sampai tidak mencintai beliau.
Bagaimana Caranya?
Jika benar-benar ingin menjadi kekasih Rasulullah, tidak sulit sebenarnya. Apalagi jika dasarnya cinta, melakukan apapun akan dengan senang hati dan penuh kerelaan.
Untuk menumbuhkan cinta,
- yang pertama, banyaklah membaca sejarah beliau untuk mengenal beliau lebih dalam. Bayangkanlah seandainya kita hidup sezaman dengan beliau, akankah kita juga akan menjadi umat beliau, ataukah sebaliknya menjadi penentang beliau? Dengan begitu kita akan bersyukur dimasa ini kita digolongkan menjadi umat pengikut beliau. Rasa syukur itu kita wujudkan dalam bentuk mentaati segala perintah beliau.
Yang kedua, adalah dengan banyak membaca shalawat. Dalam surat Al-Ahzab ayat 56 diterangkan bahwa kita diperintahkan untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW, karena sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya juga bershalawat atas beliau.
Dengan shalawat, kita juga akan mendapatkan syafaat dari Rasulullah SAW, Keistemewaanya lainya adalah, bahwa orang yang paling dekat dengan Rasulullah SAW di akhirat nanti adalah yang paling banyak membaca shalawat kepada beliau dengan ikhlas.
Berikutnya adalah dengan menjalankan sunah beliau, yaitu segala perbuatan, perkataan, serta ketetapan yang datang dari Rasulullah SAW.
Menjalankan sunah Rasul ini, dalam Wahidiyah tersirat dalam ajaran Lirrasul Birrasul. Lirrasul adalah dalam menjalankan aktivitas apapun, asalkan tidak bertentangan dengan hukum Allah, harus benar-benar diniati menaati perintah/sunah Rasulullah. Sedangkan Birrasul adalah dalam menjalankan aktivitas tadi, harus benar-benar disadari bahwa semua itu tak lepas dari jasa Rasulullah SAW.
Nikmatnya Cinta yang Terbalas
Alangkah kecewa dan ingin marah ketika cinta tidak terbalas. Sebaliknya, cinta yang terbalas menumbuhkan gairah hidup, sehingga lebih berwarna dan lebih semangat.
Begitupun rasa cinta pada Rasulullah SAW, akan menumbuhkan nikmat dalam hidup dan beribadah. Karena jika seseorang melakukan perbuatan atas dasar cinta, tak akan ada keterpaksaan. Puasa sunah, shalat malam, menuntut ilmu, akan menjadi ibadah yang menyenangkan karena kita melakukan perbuatan yang sangat disukai kekasih kita.
Bila kita mencintai Rasulullah, insya Allah syafa’at akan kita dapatkan. Baik syafa’at di dunia, lebih-lebih di akhirat yang dinamakan Syafa’atu Uzma. Ketika cinta tak ada seorang manusia pun yang mampu memberi pertolongan. Hanya beliau seorang yang mendapat hak istemewa dari Allah.Namun bila kita tidak mengenal Rasulullah, bagaimana bisa kita mendapat syafaat itu? Jika kita tak pernah berhubungan batin dengan beliau, bagaimana beliau bisa mengenal kita? Lalu jika beliau saja tidak mengenal kita, siapa lagi yang akan kita mintai pertolongan di hari maha dahsyat itu. Alangkah menyedihkanya, sobat!
Lebih dari itu, jika cinta kepada Rasulullah, kita akan menjadi kekasih, bahkan saudara beliau, ketika beliau SAW ditanya siapakah makhluk yang paling menkjubkan imanya, jawabanya bukan Malaikat, bukan Nabi, bukan para Sahabat, malainkan umat yang datang dikemudian hari sesudah beliau dan para sahabat. Yaitu mereka yang tidak hidup sezaman dengan beliau, tidak pernah berjumpa langsung denga beliau, tetapi memilki cinta dan kerinduan yang dalam pada beliau. Serta rela berkorban demi memperjuangkan apa yang diperjuangkan oleh beliau SAW. Sungguh, Rasulullah amat merindukan mereka.
Alangkah nikmatnya. Andaikata kita termasuk di antara yang datang kemudian itu? Kita takar dulu sebesar apa rasa cinta kita.
Wallahu’alam
"Duhai kanjeng Nabi Pemberi Syafaat Makhluq, kepangkuan Mu Sholawat dan salam ku sanjungkan, Duhai Nur Cahaya Makhluq, Pembimbing manusia: Duhai unsur dan jiwa Makhluq bimbing, bimbing dan didiklah diriku, sungguh aku manusia yang dholim selalu” Tiada arti diriku tanpa Engkau duhai ya Sayyidi jika Engkau hindari aku, akibat keterlaluan berlarut-larutku, pastilah, pastilah, pastiku kan hancur binasa!”
Alangkah kecewa dan ingin marah ketika cinta tidak terbalas. Sebaliknya, cinta yang terbalas menumbuhkan gairah hidup, sehingga lebih berwarna dan lebih semangat.
Begitupun rasa cinta pada Rasulullah SAW, akan menumbuhkan nikmat dalam hidup dan beribadah. Karena jika seseorang melakukan perbuatan atas dasar cinta, tak akan ada keterpaksaan. Puasa sunah, shalat malam, menuntut ilmu, akan menjadi ibadah yang menyenangkan karena kita melakukan perbuatan yang sangat disukai kekasih kita.
Bila kita mencintai Rasulullah, insya Allah syafa’at akan kita dapatkan. Baik syafa’at di dunia, lebih-lebih di akhirat yang dinamakan Syafa’atu Uzma. Ketika cinta tak ada seorang manusia pun yang mampu memberi pertolongan. Hanya beliau seorang yang mendapat hak istemewa dari Allah.Namun bila kita tidak mengenal Rasulullah, bagaimana bisa kita mendapat syafaat itu? Jika kita tak pernah berhubungan batin dengan beliau, bagaimana beliau bisa mengenal kita? Lalu jika beliau saja tidak mengenal kita, siapa lagi yang akan kita mintai pertolongan di hari maha dahsyat itu. Alangkah menyedihkanya, sobat!
Lebih dari itu, jika cinta kepada Rasulullah, kita akan menjadi kekasih, bahkan saudara beliau, ketika beliau SAW ditanya siapakah makhluk yang paling menkjubkan imanya, jawabanya bukan Malaikat, bukan Nabi, bukan para Sahabat, malainkan umat yang datang dikemudian hari sesudah beliau dan para sahabat. Yaitu mereka yang tidak hidup sezaman dengan beliau, tidak pernah berjumpa langsung denga beliau, tetapi memilki cinta dan kerinduan yang dalam pada beliau. Serta rela berkorban demi memperjuangkan apa yang diperjuangkan oleh beliau SAW. Sungguh, Rasulullah amat merindukan mereka.
Alangkah nikmatnya. Andaikata kita termasuk di antara yang datang kemudian itu? Kita takar dulu sebesar apa rasa cinta kita.
Wallahu’alam
"Duhai kanjeng Nabi Pemberi Syafaat Makhluq, kepangkuan Mu Sholawat dan salam ku sanjungkan, Duhai Nur Cahaya Makhluq, Pembimbing manusia: Duhai unsur dan jiwa Makhluq bimbing, bimbing dan didiklah diriku, sungguh aku manusia yang dholim selalu” Tiada arti diriku tanpa Engkau duhai ya Sayyidi jika Engkau hindari aku, akibat keterlaluan berlarut-larutku, pastilah, pastilah, pastiku kan hancur binasa!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar