Senin, 02 Agustus 2010

Miskin Teladan

Hari-hari kemarin, sangat terasa betapa banyaknya potret wajah yang -akan- menjadi wakil dan pemimpin kita mengumbar kata-kata. Janji yang menawarkan sejuta asa untuk memikat hati hingga menjatuhkan pilihan kepadanya.

Gelar ‘wakil rakyat’ memang sudah sering kita dengar. Tetapi kepercayaan rakyat kepada yang mewakilinya belum sepenuhnya terwujud. Rakyat yang menjadi konstituen sebenarnya ingin di bimbing, dibela, diberi contoh oleh sang ‘wakil’ yang bukan sebatas kata-kata dan janji belaka.

Tapi nyatanya, para wakil rakyat yang seperti itu nyaris tidak pernah kita temukan. Yang kita dapati hanyalah para kader partai yang memperjuangkan kelompoknya, kepentingan partainya, hingga usaha memperkaya diri sendiri. Di desa kita bahkan, di tempat saat mereka mencari simpati, juga sudah tidak lagi kita temukan wakil kita  berbagi cerita, ngobrol bareng tentang bagaimana upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dan yang banyak kita temukan sibuk sendiri demi kepentingan partainya, rapat dengan para pejabat, sedangkan rapat dengan masyarakat tidak pernah, apakah sepeti itu memperjuangkan rakyat,sedangkan kondisi rakyat saja tidak mengetahuinya?

Apa lagi hari ini. Ketika seorang caleg yang kalah justru menunjukkan sikap bodohnya dengan cara-cara yang konyol. Marah-marah, ngamuk, stress, bahkan ada juga yang nekad bunuh diri. Padahal, menang dan kalah adalah soal biasa dalam sebuah kompetisi. Ini menunjukkan betapa lemahnya jiwa dan iman mereka. Maka, mana mungkin rakyat akan mendapatkan teladan dari wakilnya yang juga miskin teladan?

Seorang ‘wakil’ seharusnya kal muwakil. Memiliki jiwa seperti diwakili. Mempunyai aspirasi, cita-cita dan keinginan seperti yang mewakilkan mandat keterwakilanya. Jika tidak, ibarat seorang insinyur bangunan yang mencoba mengobati penyakit liver seorang pasien. Ia tidak akan pernah sanggup mengobatinya. Ia harus menyerahkanya kepada seorang dokter spesialis penyakit dalam yang memang merupakan ahlinya. Jika dipaksakan, sangat berbahaya. Sebab, setiap keputusan dan perkataan yang diambil oleh orang yang bukan ahlinya akan sangat merugikan, bagi dirinya dan bagi orang lain.

Orang yang bekerja atas nama rakyat semata-mata untuk kesenangan diri sendiri tanpa memperdulikan kesengsaraan rakyat, sebenarnya adalah musuh rakyat. Hak yang semestinya milik rakyat dirampas begitu saja tanpa memperhitungkan untung dan ruginya.

Lebih celaka lagi. Seperti yang diberitakan berbagai media, wakil rakyat tingkat pusat periode 2004-2009, di akhir masa jabatanya ini akan mendapat apa yang disebut cinderamata berupa cincin emas dengan nilai total 5 miliar. Jika jumlah uang sebesar itu dibagi 550 orang, maka masing-masing wakil rakyat mendapat Rp. 9,1 juta untuk sebuah cincin emas dengan berat kurang lebih 10 gram. Lebih ironis lagi, tidak hanya para wakil rakyat yang ‘pulang kampung’ yang mendapat oleh-oleh istimewa itu, mereka yang kembali terpilih untuk periode 5 tahun mendatang pun akan mendapat cincin emas tersebut. (Surya, 9 juni 2009).

Menurut harian terbit Surabaya itu, pemberian cincin emas bagi para wakil rakyat itu adalah yang ketiga kalinya. Sejumlah wakil rakyat yang telah duduk di Senayan tiga periode, itu berarti mendapat kenang-kenangan berharga sebanyak tiga kali. Padahal sudah berungkali sikap para wakil rakyat itu mengundang kontroversi, mulai tentang kenaikan gaji ke -13, tunjangan-tunjangan yang berlebihan, kinerja yang tidak maksimal, perbuatan mesum, dan bahkan kasus-kasus korupsi berbagai proyek Indonesia yang menyeret sebagaian mereka kedalam jeruji besi. Maka, benarkah para wakil rakyat yang duduk di lembaga terhormat itu memperjuangkan nasib rakyat? Atau justru sebaliknya. Menjadi wakil rakyat adalah dambaan untuk memudahkan ‘cepat kaya’ dan bersenang-senang?

Mungkin inilah salah satu sebab, mengapa banyak yang mulai menjadikan tontonan sebagai tuntunan. Karena panutan yang semestinya jadi tuntunan tidak lagi dapat dipercaya. Krisis kepercayaan ini sejalan dengan semakin sedikitnya mereka yang menjadi wakil rakyat yang benar-benar memperjuangkan kepentingan rakyatnya. Kesepian ini kian mencekam bila kecurangan para panutan itu dipadu dengan saling curiga sesama ‘wakil’ ditambah dengan provokasi yang negatife. Kita benar-benar miskin teladan!

Disini kita tidak bisa berbuat banyak. Hanya bisa berharap; semoga para wakil rakyat yang sudah terpilih untuk periode 5 tahun mendatang lebih baik dan berkualitas. Kita pun berdoa; semoga mereka diberi hidayah dan taufik Allah SWT, sehingga dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai wakil rakyat, senantiasa di atas landasan iman dan kesadaran kepada Allah wa Rasulihi SAW. Amiin..

YU’TI KULLADZII HAQQIN HAQQAH (memberikan hak kepada yang berhak menerimanya)

Adalah memberikan hak kepada yang berhak menerimanya. Dan ini merupakan kewajiban. Kewajiban adalah amanat. Sedang amanat adalah sesuatu yang meminta pertanggung jawaban. Allah SWT secara khusus mengingatkan tentang hal ini,
    ”Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menunaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.” (QS. An Nisa: 58).


Dalam Al Qur’an Allah SWT juga menjelaskan, bahwa manusia adalah makhluk yang memikul beban (mukallaf). Pembebanan atau taklif meliputi hak dan kewajiban. Setiap beban yang kita terima menyebabkan kita harus melaksanakan kewajiban, tetapi pada saat yang sama kita juga memiliki hak. Pada setiap amanat ada balasan pahala bila dilaksanakan, dan dosa bila diabaikan.

Penjabaranya sangat jelas. Setiap kita punya kewajiban. Ada kewajiban individu, ada kewajiban kolektif. Sebagai orang beriman, kewajiban kita adalah beribadah kepada Allah SWT, mengikuti sunnah Rasulullah SAW dan nderek tuntunan Ghautsu Hadzaz Zaman RA. Tanpa harus memandang balasan apa yangakan diberikan Allah kepada kita.

Begitupun dalam lingkup kewajiban kita secara sosial. Kewajiban antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, suami dan istri, pimpinan dan bawahan, pejabat dan rakyat, dan kewajiban kepada apapun dan siapapun juga.

Orang tua punya kewajiban mendidik dan membesarkan anak-anaknya. Anak-anak punya kewajiban berbakti kepada orang tuanya. Seorang suami berkewajiban memberi nafkah dan perlindungan kepada istrinya. Istri punya kewajiban manaati dan berbakti kepada suaminya. Demikian pula seorang guru. Punya kewajiban memberikan pendidikan sebaik-baiknya kepada anak didiknya. Sedang anak didik punya kewajiban menghormati gurunya. Atasan berkewajiban memberikan bimbingan dan arahan kepada bawahanya. Dan bawahan wajib menaati atasanya. Pun pula, pejabat pemerintah mempunyai kewajiban mengayomi rakyatnya. Sementara rakyat punya kewajiban menaati dan mendukung program-program pemerintahanya.

Apabila pemenuhan kewajiban ini ditempatkan pada tempatnya, maka akan terciptalah suasana harmonis ‘pemilik’ hak dan ‘penunai’ kewajiban. Tidak akan terjadi perselisihan yang berujung pada permusuhan, akibat saling menuntut hak. Sebaliknya, seseorang akan kehilangan haknya apabila mengabaikan kewajiban. Maka, membuat kontrol diri atas penunaian kewajiban adalah sebuah keharusan.

Mengukur sejauh mana kita menunaikan kewajiban, itulah standart hak yang akan kita terima. Hak itu sendiri sesungguhnya merupakan penjelmaan dari cara kita menunaikan kewajiban. Maka janganlah pernah takut kehilangan hak bila kita telah menunaikan kewajiban dengan baik dan benar.

Hak adalah sesuatu yang mesti diterima seseorang. Dan antara hak dan kewajiban ini ada sebab akibat. Yang menjadi kewajiban kita, menjadi hak bagi orang lain. Dan kewajiban orang lain menjadi hak bagi kita.

Dalam prakteknya, kita harus berlomba-lomba mengutamakan pemenuhan kewajiban. Sebab, jika kita hanya pandai menuntut hak, maka rusaklah tatanan kehidupan ini. Yang akan terjadi hanyalah pertengkaran, perselisihan, permusuhan, gontok-gontokan akibat tuntut-menuntut, royokan hak.

Dengan memenuhi sisi-sisi yang menjadi kewajiban kita, sesungguhnya bermakna bahwa kita sedang memegang dan membuka sebuah kunci untuk mendapatkan sesuatu yang menjadi hak kita. Jika kita bekerja (baca: menunaikan kewajiban) dengan baik, otomatis hak mendapatkan imbalan berupa gaji akan kita dapat. Jika kita telah berbakti kepada orang tua dengan tulus dan ikhlas, tanpa diminta orang tua akan memberikan pengayoman dan kasih sayangnya kepada kita. Demikian juga, jika kita melakukan ibadah kepada Allah tanpa pamrih, atas dasar Lillah dan billah, Allah akan memberikan hak-hak kita berupa balsan pahala dan syurga, tanpa diminta. Begitu seterusnya. Rasulullah bersabda:
    ”Seungguhnya Allah memberikan segala hak kepada yang mempunyai hak.” (HR. Ibnu Majah dari Anas bin Malik dengan sanad shoheh).


Yang menjadi catatan disini adalah, seberapa besar hak yang akan kita terima sangat tergantung pada seberapa besar nilai dan kualitas kewajiban yang telah kita tunaikan. Itulah rahasianya. Allahu a’lam

RASULULLAH SAW PRIBADI YANG SELALU MENEBARKAN KEHARUMAN

Membincang pribadi Rasulullah SAW, keindahan akhlak di padu dengan keindahan fisik beliau yang sempurna seakan tiada habisnya. Beliau bagaikan sumber mata air yang tiada pernah kering untuk digali. Rasulullah SAW benar-benar pribadi yang selalu menebarkan pesona kapanpun dan dimanapun beliau berada.

Di samping pesona pribadi beliau yang tiada tandinganya, Rasul SAW memiliki keistimewaan berupa semerbaknya aroma wangi dari dalam tubuh beliau dalam segala situasi dan kondisi. Sebuah mukjizat yang tidak diberikan kepada nabi-nabi dan rasul-rasul sebelum beliau maupun kepada manusia setelah beliau SAW.

Para sahabat yang setiap hari berdekatan dengan Rasul  SAW rata-rata mengatakan bahwa tubuh beliau menebarkan aroma yang sangat wangi. Keharuman yang menyerupai minyak wangi yang keluar dari tubuh beliau bukan hanya dirasakan oleh para sahabat, para musuh yang sempat berdekatan dengan beliau juga merasakan hal yang sama. Saking wanginya aroma tubuh Rasul SAW, sampai-sampai sebagaian sahabat ada yang sengaja mengumpulkan keringat beliau untuk wewangian tubuh mereka.

Diriwayatkan oleh Anas RA, ia berkata:
    ”Aku belum pernah menyentuh sutra yang lebih halus dibandingkan dengan tangan Rasul SAW, dan aku belum pernah mencium bau yang lebih harum dibandingkan dengan keharuman bau badan Rasul SAW.”


Anas RA adalah sahabat Rasul SAW yang boleh dikata adalah tangan kanan Rasul SAW. Sejak belia, Anas tinggal bersama Rasul SAW. Melayani segala keperluan beliau. Tiada hari tanpa berdekatan dengan Rasul SAW. Karenanya tak heran jika dia sangat faham bau-bauan yang keluar dari tubuh Rasul SAW.

Bahkan ibu Anas, Ummu Sulaim mengumpulkan keringat Rasul SAW dan memasukkanya ke dalam botol untuk dicampur dengan minyak wangi miliknya. Hadits yang diriwayatkan dalam sahih ini begitu masyhur.

Riwayat lain mengenai Ummu Sulaim mengumpulkan keringat Rasulullah SAW dan ditaruhnya dalam suatu tempat terdapat dalam beberapa versi: pada suatu hari beliau ke rumah Ummu Sulaim dan tidur di atas tikar. Tidak lama kemudian datanglah Ummu Sulaim, lalu dikatakan padanya, bahwa Rasulullah SAW sekarang tidur di rumahmu di atas tikarmu. Perawi hadits berkata: ketika dilihatnya beliau berkeringat, sedangkan keringatnya menggenang pada selembar kulit yang dijadikan alas tidur beliau. Maka tanpa benyak membuang waktu Ummu Sulaim segera membuka wadah  lalu mengumpulkan keringat beliau dan memerahnya dalam beberapa botol kecil. Melihat hal tersebut Rasulullah SAW terkejut, lalu bertanya, ”Wahai Ummu Sulaim, apa yang sedang engkau lakukan?” ia menjawab; ”Ya Rasulallah, kami mengharapkan berkah dari keringatmu untuk anak-anak kami” Beliau lantas berkata, ”Engkau akan mendapatkanya.”

Sahabat Abu Jahaifah RA yang pernah merasakan berjabat tangan dengan Rasul SAW menyatakan bahwa tangan beliau sangat dingin dan ketika dia menciumnya baunya sangat harum melebihi harumnya minyak misik.

Riwayat lain mengenai aroma wangi dari tubuh Rasul SAW, tertuang dalam kitab Maulidul Barzanji, yang mengatakan:
    Bahwa peluh yang keluar dari tubuh Rasulullah SAW itu bagaikan mutiara yang baunya lebih semerbak daripada harumnya wewangian minyak kasturi. Ketika beliau berjalan, tampak condong, seakan-akan sedang turun dari jalan yang tinggi… ketika beliau membelai (mengusap) kepala anak kecil, maka akan dapat diketahui bekas usapanya itu oleh anak-anak lain karena bau keharumanya.


Sementara itu di kitab Maulidud Dibay diceritakan:
    Apabila beliau tersenyum, maka senyumnya bagaikan butiran air embun. Bila beliau berbicara maka isi pembicaraanya bagaikan mutiara yang berjatuhan. Jika beliau bercakap-cakap maka aroma nafasnya bagaikan minyak misik yang keluar dari mulutnya.


Kiranya bukan hanya keringat beliau yang berbau harum tapi kotoran beliau pun juga berbau harum. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dari Aisyah RA, bahwa jika Rasulullah SAW hendak membuang kotoran maka bumi terbelah dan menelan kotoran dan air kencing beliau serta bau harum semerbak di tempat itu. Subhanallah   

Perjuangan Hidup

Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.

Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.

Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.
...
Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu.

Teruslah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu.

“Ada 2 hal yang mesti kita ingat: Kebaikan orang lain sama kita dan keburukan kita sama orang lain. Tapi ada 2 hal yang mesti kita lupakan, kebaikan kita pada orang lain dan keburukan orang lain pada kita.

“Hidup itu Kumpulan mozaik-mozaik kisah yang bila waktunya tiba akan terkumpul membentuk apa yang kita sebut kehidupan. Mozaik-mozaik itu ditemukan dari berkelana ke segala penjuru bumi. Kita tak dapat selalu mempercepat apa yang seharusnya tertunda, namun yakinlah rahasia Allah & kepastiannya akan indah pada waktunya.”

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…"(Q.S. Al-Baqarah: 286)

“Allah menguji keikhlasan kita dalam kesendirian. Allah memberikan kedewasaan saat masalah berdatangan. Allah melatih ketegaran kita dalam setiap cobaan. Semakin sulit masalah, maka semakin terbuka pintu kemudahan. Sebagaimana semakin gelap malam, cahaya pagi semakin memancarkan sinarnya. Keep On Spirit!

“Wilayah kerja adalah lingkaran realitas, sedangkan wilayah peluang adalah ruang keserba mungkinan. Semakin luas pijakan kaki kita dalam lingkaran kenyataan, semakin besar kemampuan kita mengubah kemungkinan menjadi kepastian, mengubah peluang menjadi pekerjaan, mengubah mimpi menjadi kenyataan.

“Kuberi satu rahasia padamu kawan…. Buah paling manis dari bermimpi adalah kejadian-kejadian menakjubkan dalam perjalanan menggapainya."

“Tanda-tanda keimanan:

1.. Mencintai kebaikan untuk orang lain seperti ia mencintai kebaikan untuk dirinya begitupun sebaliknya dengan keburukan…..
2. Mengingatkan orang lain jika lalai dan senang dinasehati jika ia lalai…..
3. Memberi maaf pada orang lain yang menzhaliminya seperti ia ingin dimaafkan jika berbuat salah pada orang lain…..
4. Memenuhi hak orang lain…..
5. Membantu orang lain yang butuh bantuan, seperti ia ingin dibantu jika dalam kesusahan…..
6. Menjaga ukhuwah dengan saudaranya sebagaimana ia tidak suka jika orang lain memutuskan hubungan dengannya…..
7. Toleransi dengan kekurangan orang lain sebagaimana ia ingin dimaklumi akan kekurangannya.”

“Sesungguhnya tak ada jalan lain, kecuali kehidupan ini harus dilalui ‘tuk menuju surga. Tampilannya seperti ujian, tapi isinya rahmat dan kenikmatan. Berapa banyak kenikmatan yang sungguh besar baru diperoleh setelah melalui ujian. Semoga segala amanah ini menjadi jalan menuju surga.”

“Sekali lagi…Amanah terembankan pada pundak yang semakin lelah. Bukan sebuah keluhan, ketidakterimaan..keputusasaan! Terlebih surut ke belakang. Ini adalah awal pembuktian..Siapa diantara kita yang beriman. Wahai diri sambutlah seruanNya…Orang-orang besar lahir karena beban perjuangan…Bukan menghindar dari peperangan.

“Memang di kehidupan ini tidak ada yang pasti, tetapi kita harus berani memastikan dan memperjuangkan apa-apa yang akan kita raih! Karena sesungguhnya, cita-cita yang tinggi tidak menjamin seseorang dapat meraih kesuksesan. Tapi…orang yang sukses pasti mempunyai cita-cita yang tinggi…Semangat!”

“Jadilah seperti air yang suci lagi mensucikan, bergerak untuk menghidupkan, mengalir untuk kebaikan, memancar dengan kekuatan, dikelola menjadi energi bagi kehidupan. Selamat berjuang dan terus belajar memaknai kehidupan. Moga bisa lebih baik, memberi yang terbaik, mendapatkan dan menjadi yang terbaik.”

“….Seorang hebat akan memunculkan kehebatan yang lebih besar jika ia bertemu dengan orang hebat lainnya. Individu cerdas akan melahirkan kecerdasan yang luar biasa gemilang jika ia bekerja sama dengan individu cerdas lainnya. Tapi ternyata orang hebat yang satu tak mudah dipertemukan dengan orang hebat lainnya. Lalu potensi kehebatan ini seperti daun kering, gugur dari pohon lalu berserakan. Maka peran organisasi adalah mengumpulkan daun-daun yang berserak, menggabungkan kecerdasan terpendam dari individu-individu yang ada di dalamnya…

¨Saudaraku, adapun orang yang menuntut ilmu maka selalu bertambah diridhoi Allah, sedangkan orang yang hanya mengejar dunia, maka bertambah kesesatannya. Ilmu itu penuntun amal & ilmu itu diberikan Allah kepada orang-orang yang akan bahagia dan diharamkan dari orang-orang yang celaka dan rugi….¨

“Seorang pejuang sejati tidak pernah mengenal kata akhir dalam perjuangannya. Ia tidak memerlukan gemuruh tepuk tangan, tidak akan lemah karena cacian dan tidak akan bangga dengan penghargaan.”

“Manusia hanyalah segenggam tanah. Kehormatan dan kemuliaan apapun yang diterima manusia berasal dari Tuhan. Dia memberi bukan karena kau sujud pada-Nya, tapi karena kedermawanan-Nya. Dia memberi bukan karena kau layak menerimanya tapi karena kemurahan-Nya.”

“Waktu terkadang lambat bagi mereka yang menunggu, terlalu cepat bagi mereka yang takut, terlalu panjang bagi mereka yang gundah dan terlalu pendek bagi meraka yang bahagia….Tetapi bagi yang mengisi waktu sebaik mungkin, waktu merupakan kunci kehidupan yang sebenarnya.

¨Iman seorang mukmin akan tampak disaat ia menghadapi ujian, disaat totalitas dalam berdo´a tapi belum melihat pengaruh apapun dari do´anya . Ketika ia tetap tidak mengubah keinginan dan harapannya meski sebab-sebab untuk putus asa semakin kuat. Itu semua dilakukan seseorang karena keyakinannya bahwa hanya Allah saja yang paling tahu apa yang lebih baik untuk dirinya.

“..dan bumi telah dibentangkannya untuk makhlukNya, di dalamnya ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya. Maka nikmat Tuhan mu yang manakah yang kamu dustakan..(Q.S. Ar-Rahman: 10-13).”

Merendahlah, engkaukan seperti bintang gemintang, Berkilau dipandang orang di atas riak air dan sang bintang nun jauh tinggi. Janganlah seperti asap yang mengangkat diri tinggi di langit padahal dirinya rendah hina.

“Ketika wajah ini penat memikirkan dunia, maka berwudhulah…Ketika tangan ini lelah menggapai cita-cita, maka bertakbirlah…Ketika pundak tak kuasa memikul amanah, maka bersujudlah…Ikhlaskan semua dan mendekatlah padaNya. Agar tunduk disaat yang lain angkuh..Agar teguh disaat yang lain runtuh..Agar tegar disaat yang lain terlempar..

”“Keletihan itu, akan menjadi beban ketika kita merasakannya sebagai keletihan fisik yang tidak diikuti oleh keyakinan ruhiyah. Maka sesungguhnya kesempitan di jalan ini, pasti menyimpan hikmah luar biasa yang akan tercurah dalam bentuk rahmat Allah SWT…"

“Mungkin suatu saat perjuanganmu jadi arus. Arus besar yang menumbangkan tirani. Tapi saat itu kamu sudah tidak ada. Waktu kamu melakukannya pertama kali, kamu hanya sendiri. Tapi itulah yang membuatmu abadi. Abadi dalam kenangan manusia. Abadi bersama bidadari di syurga. Kamu melakukan yang tidak dapat dilakukan orang lain. Kamu melakukan jihad."

“Allah mengaruniakan 3 waktu untuk manusia, yaitu: kemarin, kini dan esok. Berbahagialah mereka yang hari kemarinnya ilmu, hari kininya amal dan hari esoknya jihad. Tugas kita hanya berusaha. Sedangkan hasil adalah urusan Allah. Kalau kita ikhlas, maka usaha kita menjadi amal yang berpahala. Meski tidak ada hasil yang diraih…

Semoga bermanfaat...