Senin, 02 Agustus 2010

YU’TI KULLADZII HAQQIN HAQQAH (memberikan hak kepada yang berhak menerimanya)

Adalah memberikan hak kepada yang berhak menerimanya. Dan ini merupakan kewajiban. Kewajiban adalah amanat. Sedang amanat adalah sesuatu yang meminta pertanggung jawaban. Allah SWT secara khusus mengingatkan tentang hal ini,
    ”Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menunaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.” (QS. An Nisa: 58).


Dalam Al Qur’an Allah SWT juga menjelaskan, bahwa manusia adalah makhluk yang memikul beban (mukallaf). Pembebanan atau taklif meliputi hak dan kewajiban. Setiap beban yang kita terima menyebabkan kita harus melaksanakan kewajiban, tetapi pada saat yang sama kita juga memiliki hak. Pada setiap amanat ada balasan pahala bila dilaksanakan, dan dosa bila diabaikan.

Penjabaranya sangat jelas. Setiap kita punya kewajiban. Ada kewajiban individu, ada kewajiban kolektif. Sebagai orang beriman, kewajiban kita adalah beribadah kepada Allah SWT, mengikuti sunnah Rasulullah SAW dan nderek tuntunan Ghautsu Hadzaz Zaman RA. Tanpa harus memandang balasan apa yangakan diberikan Allah kepada kita.

Begitupun dalam lingkup kewajiban kita secara sosial. Kewajiban antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, suami dan istri, pimpinan dan bawahan, pejabat dan rakyat, dan kewajiban kepada apapun dan siapapun juga.

Orang tua punya kewajiban mendidik dan membesarkan anak-anaknya. Anak-anak punya kewajiban berbakti kepada orang tuanya. Seorang suami berkewajiban memberi nafkah dan perlindungan kepada istrinya. Istri punya kewajiban manaati dan berbakti kepada suaminya. Demikian pula seorang guru. Punya kewajiban memberikan pendidikan sebaik-baiknya kepada anak didiknya. Sedang anak didik punya kewajiban menghormati gurunya. Atasan berkewajiban memberikan bimbingan dan arahan kepada bawahanya. Dan bawahan wajib menaati atasanya. Pun pula, pejabat pemerintah mempunyai kewajiban mengayomi rakyatnya. Sementara rakyat punya kewajiban menaati dan mendukung program-program pemerintahanya.

Apabila pemenuhan kewajiban ini ditempatkan pada tempatnya, maka akan terciptalah suasana harmonis ‘pemilik’ hak dan ‘penunai’ kewajiban. Tidak akan terjadi perselisihan yang berujung pada permusuhan, akibat saling menuntut hak. Sebaliknya, seseorang akan kehilangan haknya apabila mengabaikan kewajiban. Maka, membuat kontrol diri atas penunaian kewajiban adalah sebuah keharusan.

Mengukur sejauh mana kita menunaikan kewajiban, itulah standart hak yang akan kita terima. Hak itu sendiri sesungguhnya merupakan penjelmaan dari cara kita menunaikan kewajiban. Maka janganlah pernah takut kehilangan hak bila kita telah menunaikan kewajiban dengan baik dan benar.

Hak adalah sesuatu yang mesti diterima seseorang. Dan antara hak dan kewajiban ini ada sebab akibat. Yang menjadi kewajiban kita, menjadi hak bagi orang lain. Dan kewajiban orang lain menjadi hak bagi kita.

Dalam prakteknya, kita harus berlomba-lomba mengutamakan pemenuhan kewajiban. Sebab, jika kita hanya pandai menuntut hak, maka rusaklah tatanan kehidupan ini. Yang akan terjadi hanyalah pertengkaran, perselisihan, permusuhan, gontok-gontokan akibat tuntut-menuntut, royokan hak.

Dengan memenuhi sisi-sisi yang menjadi kewajiban kita, sesungguhnya bermakna bahwa kita sedang memegang dan membuka sebuah kunci untuk mendapatkan sesuatu yang menjadi hak kita. Jika kita bekerja (baca: menunaikan kewajiban) dengan baik, otomatis hak mendapatkan imbalan berupa gaji akan kita dapat. Jika kita telah berbakti kepada orang tua dengan tulus dan ikhlas, tanpa diminta orang tua akan memberikan pengayoman dan kasih sayangnya kepada kita. Demikian juga, jika kita melakukan ibadah kepada Allah tanpa pamrih, atas dasar Lillah dan billah, Allah akan memberikan hak-hak kita berupa balsan pahala dan syurga, tanpa diminta. Begitu seterusnya. Rasulullah bersabda:
    ”Seungguhnya Allah memberikan segala hak kepada yang mempunyai hak.” (HR. Ibnu Majah dari Anas bin Malik dengan sanad shoheh).


Yang menjadi catatan disini adalah, seberapa besar hak yang akan kita terima sangat tergantung pada seberapa besar nilai dan kualitas kewajiban yang telah kita tunaikan. Itulah rahasianya. Allahu a’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar