Selasa, 03 Agustus 2010

Berbakti Kepada Orang Tua

Setiap kita pasti mempunyai orang tua. Baik yang masih hidup maupun yang telah berada di alam baka. Melalui perantara mereka, Allah SWT menghadirkan kita ke dunia. Keduanya merupakan orang yang paling berjasa membesarkan, merawat dan mendidik kita. Maka tak heran jika Allah menempatkan orang tua dalam  posisi yang mulia. Banyak ayat Al Qur’an yang berisi tentang perintah untuk berbakti pada orang tua. Bahkan berkata ”ah” (membentak) saja sudah di kecam oleh Al Qur’an.

Begitu juga dengan Rasulullah SAW. Dalam beberapa haditsnya beliau juga memerintahkan umatnya agar berbakti kepada orang tua, sampai-sampai Allah menggantungkan ridha dan murka-Nya pada mereka. Bila orang tua ridha, Allah pun ridha, sebaliknya bila orang tua murka, Allah juga murka.

Kisah-kisah tentang ridha dan murka orang tua juga sering  kita dengarkan. Mulai dari cerita rakyat Malin Kundang, kedurhakaan Kan’an putra Nabi Nuh AS, pemuda taat di masa Nabi Sulaiman AS, sampai kisah Alqamah di masa Rasulullah SAW. Semuanya membuktikan, betapa Allah SWT memberi kedudukan istimewa bagi kedua orang tua. Adapun adab-adab berbakti kepada kedua orang tua antara lain:

    1. Mendengarkan perkataan mereka dan tidak memutus perkataan ketika mereka berbicara.
    2. Berdiri menyambut keduanya ketika mereka berdiri demi menghormati dan memelihara kehormatan mereka.
    3. Mematuhi perintahnya selama perintah itu bukan dalam mendurhakai Allah.
    4. Tidak berjalan di depan keduanya, tetapi di samping atau belakangnya. Jika ia berjalan di depan kedua orang karena suatu hal, maka tidaklah mengapa ketika itu.
    5. Tidak mengeraskan suara kita melebihi suara kedua orang tua demi sopan santun terhadap mereka.
    6. Menjawab panggilan mereka dengan jawaban yang lunak.
    7. Berusahalah keras mencari keridhaan kedua orang tua dengan perbuatan dan perkataan.
    8. Bersikaplah rendah hati dan lemah lembut kepada orang tua seperti melayani mereka. Menyuapi makan dengan tangan kita bila keduanya tidak mampu dan mengutamakan keduanya di atas diri dan anak-anak kita.
    9. tidak mengungkit-ungkit kebaikan kita kepada keduanya maupun pelaksanaan perintah yang kita lakukan untuk mereka. Seperti mengatakan ”Aku beri engkau sekian dan sekian dan aku lakukan begini kepada kamu berdua.” Karena perbuatan itu bisa mematahkan hati. Ada yang mengatakan, menyebut-nyebut kebaikan itu memutuskan hubungan.
    10. Jangan memandang kedua orang tua dengan pandangan sinis.
    11. Janganlah bermuka cemberut kepada keduanya, dan jangan tertawa di depan mereka jika tidak ada sesuatu yang pantas ditertawakan.
    12. Janganlah bepergian, kecuali dengan idzin keduanya, yaitu perjalanan untuk jihad, haji tathawwu’, menziarahi para Nabi dan wali serta perjalanan yang bisa mengancam keselamatan untuk berniaga. Maka perjalanan macam itu diharamkan, bilamana tidak diizinkan oleh ayah dan ibu, meskipun diizinkan oleh yang lebih dekat darinya. Kecuali perjalanan untuk belajar ilmu yang fardhu, walaupun kifayah, seperti nahwu dan derajat pemberian fatwa. Maka tidaklah diharamkan, meskipun tidak diizinkan orang tua.
    13. Mengajak mereka bermusyawarah di dalam setiap pekerjaan dan perkara.
    14. Menghormati saudara dan sahabat-sahabat keduanya semasa mereka hidup dan setelah meninggal.
    15. Mendoakan mereka, terutama setelah mereka meninggal, karena itu sangat bermanfaat bagi mereka, karena doa anak kepada orang tua akan menjadi pengampunan baginya.
    16. Adakalanya seorang anak mempunyai orang tua yang kafir. Menghadapi mereka, maka anak harus tetap mempergauli dengan baik dalam hal-hal yang tidak berkaitan dengan agama selama ia masih hidup.


Bila seorang anak menerapkan adab-adab tersebut dengan sebaik-baiknya, maka Allah akan membalas dengan setimpal. Baginya telah dipersiapkan dua surga di akhirat nanti. Di dunia pun ia akan selalu berlimpah kebaikan. Sebagaiama kisah yang terjadi di masa Nabi Sulaiman AS. Ketika beliau berjalan-jalan menuju sebuah pantai, tiba-tiba dari dasar laut muncul sebuah istana nan indah. Tak berapa lama, dari dalam istana tersebut muncul sosok pemuda tampan dengan pakaian serba indah pula. Nabi Sulaiman bertanya, gerangan apa yang telah dilakukan pemuda tersebut hingga ia memperoleh nikmat yang begitu melimpah? Si pemuda menuturkan bahwa apa yang diperolehnya adalah sebagai balasan atas bakti dan taatnya pada orang tua. Saat keduanya masih hidup, si pemuda taat dan berbakti kepada keduanya, dan setia merawat mereka saat keduanya menderita lumpuh dan buta, sampai keduanya wafat.


Berbakti kepada orang tua juga lebih utama daripada berjihad (perang) di jalan Allah.
Sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Abdullah bin Umar RA.
    ”Seorang laki-laki berkata kepada Nabi SAW: ‘Aku ingin berjihad.’ Nabi bertanya, ‘ Apakah engkau mempunyai dua orang tua?’ ia menjawab, ‘Ya.’ Beliau bersabda, ‘Berjihadlah dengan berbakti kepada keduanya.”


Kewajiban untuk berbakti dan taat tidak hanya kepada orang tua biologis yang melahirkan kita saja. Lebih dari itu adalah berbakti dan taat kepada orang tua rohani, yaitu seorang ’Priyatun Agung’ yang menunjukkan kita jalan menuju wushul, sadar kepada Allah SWT wa Rasulihi SAW. (Maroqil ubudiyah, tarbiyah aulad)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar