Jumat, 02 Juli 2010

RIDLO

Ridlo yakni merasa puas terhadap qodlok-qodarnya AllAh biar bagaimanapun keadaanya. Ridlo termasuk adab dan ibadah yang paling tinggi nilainya.
    “Dan keridloan dari AllAh itu paling agung” (9-At-Taubat-72)

Kepada para sahabat Nabi SAW. Kepada para Auliya, para ‘Arifin dan para Sholihin kita biasa memberikan kata penghormatan dalam bentuk do’a rodliyallohu ta’ala anhum. Semoga Allah ta’ala meridloi mereka.

Barangsiapa ingin mendapat ridlo Allah, harus ridlo kepada Alloh. Kanak-kanak di SD atau Madrasah di beri pelajaran menghafal : (Aku rela Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai Agamaku, Kanjeng Nabi Besar Muhammad SAW sebagai Nabiku).

Ini perlu sekali diterapkan di dalam hati, tidak hanya di hafal saja. Hanya ada dua kemungkinan. Kalau tidak diridloi ya dikecam, di bendu atau di murkai Allah. Tidak ada yang setengah-setengah, dikecam dan setengah diridloi tinggal memilih yang mana, itu terserah pribadi kita masing-masing. Jika ingin diridloi Allah, harus ridlo kepada Allah. Di kodar menderita sakit, di kodar mengalami ekonomi seret, sulit mencari pekerjaan, menghadapi problem-problem rumah tangga dan keluarga, menghadapi masalah pendidikan, masalah perjuangan dan lain-lain harus ridlo kepada Allah merasa puas selalu didalam hati menghadapi keadaan seperti itu.

Tidak boleh menyesal, menggerutu, nggersulo dan sebagainya. Sekalipun arahnya nggersulo atau rasa tidak puas itu kepada makhluk. Sebab segala-galanya itu tidak lepas dari Allah SWT yang menciptakan. Kita harus selalu puas dan sadar kepada Allah yang member I segala-galanya itu.

Sesungguhnya segala keadaan yang dialami manusia baik keadaan yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, segalanya itu harus disadari sesungguhnya adalah rahmat kasih Allah SWT kepada hamba-Nya. Yaitu untuk melindungi hamba-Nya agar tidak jauh-jauh dari Allah, agar hamba-Nya selalu dekat kepada-Nya. Supaya senantiasa Fafiruu Ilalloh Wa Rasuulihi SAW. Sebab kalau hamba selalu jauh dari Allah Tuhanya, jangan-jangan di caplok atau pasti di caplok oleh imperialis nafsu yang sangat ganas dan jahat sehingga si hamba tersesat, menderita kehancuran dan kesengsaraan. Itu tidak di kehendaki oleh Allah yang Rahman Rahim terhadap hamba-Nya. Mari kita sadari selalu “ROHMAT KASIH” Allah SWT itu. BISMILLAHIR ROHMAANIRROHIM. Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Disamping ridlo, jangan sampai tinggalkan ihktiar. Ikhtiar atau usaha mencari jalan keluar dari kesulitan dan kesusahan yang di hadapinya. Atau usaha kepada keadaan yang lebih baik!. Tapi harus selalu tetap tawakal. Jangan sampai mengandalkan atau membanggakan usahanya. Dan di dalam ikhtiar itu harus selalu dijiwai LILLAH BILLAH. Hanya ridlo saja tidak ikhtiar, tidk usaha mencari jalan keluar padahal ada kesempatan dan kemampuan, itu melanggar perintah.

Berarti tidak melakukan ibadah lewat bidang ikhtiar yang disertai niat LILLAH. Dan ikhtiar itupun harus lahir dan batin. Keduanya harus di jalankan sebesar kemampuan. Hanya ikhtiar lahir saja besar kemungkinan bisa tersesat salah jalan jika tidak mendapat hidayah dari Allah SWT. Dan hanya ikhtiar batin saja namanya kurang lengkap mengisi bidang-bidang yang harus disi. Yang dimaksud ikhtiar batin disini ialah berdo’a memohon kepada Allah SWT. Sekali lagi, di dalam ikhtiar baik ikhtiar lahir, maupun ikhtiar batin, tidak boleh mengandalkan atau menjagakan ikhtiarnya. Harus tetap, tawakal seperti sudah di bahas di bab sabar.

Jadi kesimpulanya, sabar, ridlo, ikhtiar, dan tawakal harus selalu bergandengan di dalam pengetrapan dalam hati. Seperti halnya di dalam Ikhlas dan sabar.
“Ridlo itu meninggalkan (perasaan) ridlo di dalam keadan ridlo”
Artinya, ridlo tetapi tidak merasa berbuat ridlo, melainkan merasa BILLAH. “LAAHAULA WALAAQUWWATA ILLA BILLAH”

Seperti di katakan di atas, yang dimaksud ikhtiar batin adalah berdo’a, memohon kepada Allah SWT. Bukan pergi ke dukun-dukun atau menggunakan mantra-mantra dan sebangsanya.
Orang yang selalu ridlo otomatis hidupnya senang dan tentram. Tidak gampang menyesali, tidak menggerutu, tidak ngoyo, tidak ngongso-ongso. Dia selalu puas dan gembira menghadapi segala situasi dan kondisi hidupnya, ibaratnya sperti falsafahnya itik. Berenang di atas air yang dangkal maupun air yang dalam, tetap stinggi dadanya. Hidupnya ayem tetntrem, tidak bingung, tidak kuatir, tidak takut melainkan hanya kepada Allah. Hatinya senantiasa madep(menghadap) kepada Allah SWT.

Sebaliknya orang yang tidak ridlo atas qodlok qodarnya Allah, pasti gampang nggersulo, gampang menyesal dan gampang emosi. Padahal qodlok qodarnyaAllah tidak bisa berubah dengan tidak ridlonya si hamba. Bahkan selain itu. Orang yang tidk ridlo. Dikecam habis-habisan oleh Allah bahkan di usir tidak di akui sebagai hamba-Nya seperti di sebutkan di dalam Hadits Qudsi di muka (shobar)

“ANALLOHU LAA ILAAHA ILLA ANAA: MAL-LAM YASKUR NA’MAAII WALAM YASHBIR ‘ALA BALAII, WALAM YARDLO BIQODLOO-II, FALYATTAKHIDZ ROBBAN SIWAAII”

Wallahu'alam



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar