Istiqomah sangat dianjurkan. Namun dalam kebaikan. Konsistensi sangat diperlukan. Tapi dalam koridor amal dan ibadah. Jangan sekali-kali kita istiqomah dan konsisten dengan yang satu ini: Kemaksiatan
Maksiat yang secara konsisten dilakukan, bisa membuat kita terlena bahkan ketagihan. Mungkin pada mulanya melakukan, masih tersimpan rasa malu dan penyesalan. Tapi karena tak jua dihentikan, lama kelamaan terus berulang dan terasa akrab. Tak lagi meresahkan jiwa.
Maksiat itu, sekecil apapun tetaplah maksiat. Pasti ada konsekuensinya. Sebab Allah telah menegaskan,
- ”Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah (biji sawi)pun, niscaya dia akan melihat (balasanya)pula.”
Akan tetapi tidak ada maksiat yang kecil jika terus dilakukan. Sebab, maksiat adalah pelanggaran. Dan pelanggaran adalah dosa. Seperti kata seorang ulama mengingatkan,
- ”Janganlah kamu melihat besar kecilnya dosa yang kamu lakukan, tapi lihatlah betapa besarnya Dzat yang kamu tentang.”
Dan jika kita membiarkan diri ini terus-menerus dalam kubangan maksiat, suatu saat nurani kita akan buta. Seperti kata Muhammad Al Wasithi RA,
- ”Orang-orang yang terbiasa dengan maksiat, mereka menganggap keburukan perilaku adalah suatu ketulusan, kerakusan adalah kesenangan, cita-cita yang rendah adalah ketabahan, sehingga mereka buta dari jalan, dan melalui jalan kesempitan. Akibatnya, tidak ada kehidupan berkembang di tengah-tengah mereka. Tidak ada ibadah yang mensucikan mereka.”
Yahya bin Muadz RA pernah berpesan,
- ”Ada enam hal yang termsuk tipuan paling besar. Diantaranya; mengharapkan ampunan terus menerus melakukan dosa tanpa penyesalan. Merasa dekat dengan Allah tetapi tidak melakukan ketaatan. Menunggu taman surga tetapi selalu menyemai benih neraka. Dan mendambakan kasih sayang Allah tetapi selalu melanggar ketentuan-Nya.”
Di sini, kualitas ibadah kita yang kita lakukan selama ini, menjadi penting untuk kita cermati, agar kita dapat meneropong dan menemukan sebab-sebab mengapa kita tetap saja konsisten berbuat maksiat. Barangkali karena ibadah kita tidak tepat. Di sana-sini masih terdapat banyak kekuarangan, baik yang disadari maupun yang tidak kita sadari, yang sesungguhnya itu yang membuat amal ibadah kita sia-sia. Hingga tidak mampu mencegah kita dari berbuat maksiat.
Karena itu, yang terpenting buat kita sekarang adalah segeralah bertobat. Perbanyak memohon ampunan-Nya. Memohon diberi istiqomah dalam kebaikan dan dijauhkan dari berbuat maksiat.. sekecil apapun.
Konsisten atau istiqomah dalam maksiat jangan sampai menimpa kita. (Naudzubillah min dzalik!). sebab, itulah sebenarnya racun yang akan membunuh kita. Cepat atau lambat. Dalam banyak hal, ia juga akan membebani orang lain.
Yaa Robbbanallahumma shalli sallimi. ‘Ala Muhammadin Syafi’il umami. Wal ‘aali waj’alil anaama musri’iin. Bil waahidiyyati li Robbil aalamiin. Yaa Robbanaghfir yassi iftah wahdinaa. Qorrib wa allif bainana ya Robbana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar